JAKARTA, KalderaNews.com – Gundala adalah salah satu ikon komik superhero Indonesia paling populer pada masanya. Sebagai ikon superhero, film Gundala besutan sutradara Joko Anwar siap tayang di bioskop 29 Agustus nanti.
Gundala, yang mengenakan jubah dan topeng serba hitam, serta benda menyerupai sayap di masing-masing telinga, bukanlah karakter baru dalam kebudayaan populer Indonesia. Tokoh ini diciptakan komikus Harya Suraminata atau lebih dikenal dengan nama Hasmi pada 1969. Karakter Gundala aslinya bernama Sancaka, seorang insinyur muda. Dia mendapat kekuatan super setelah disambar petir, lalu diangkat menjadi anak Kaisar Cronz, sang raja petir. Dia diberi serupa ajimat berupa kalung leontin. Gundala tak bisa terbang, tapi bisa berlari sangat cepat dan mengeluarkan petir dari tangan.
BACA JUGA:
- Terimakasih PLN: Ini Kicauan Baper dan Kocak Penuh Makna Para Netizen
- FOTO: Gempita Study in Holland Pre-departure Briefing 2019
- Wajah-wajah Sumringah Para Penerima Beasiswa Erasmus Plus 2019
- Pasar Kangen 2019: Nostalgia Mie Pentil Hingga Sate Kere
Meskipun belum tayang, Gundala telah menembus Toronto International Film Festival (TIFF) 2019 yang merupakan ajang festival film besar yang memilih film-film terbaik dari seluruh dunia. TIFF diadakan setiap September di Toronto, Kanada. Film Gundala akan bersaing dengan film-film besar lainnya.
Komik Gundala terbit pertama kali di bawah penerbit Kencana Agung, dengan judul Gundala Putera Petir. Di tengah kemunculan Gundala, komik superhero lain dikreasi. Yang terkenal adalah Godam, superhero ciptaan komikus Wid N.S.
Menurut Henry Ismono, kolektor dan pengamat komik, Gundala adalah ikon superhero paling top di masanya. Gundala, menurutnya, mendominasi komik superhero lain karena Hasmi mampu membumikan superhero yang merupakan adaptasi superhero Amerika, mirip The Flash ciptaaan Gardner Fox dan Harry Lampert terbitan DC Comics pada 1940, dengan latar belakang Yogyakarta. Sedangkan komikus lainnya tak sanggup membuat kisah sekuat Hasmi.
Seri komik Gundala terbit sebanyak 23 judul. Terakhir, berjudul Surat dari Akhirat pada 1982. Satu judul lainnya, Nyaris, diterbitkan di suratkabar Jawa Pos. (yp)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply