PURWOKERTO, KalderaNews.com – Tempe mendoan selama ini dikenal sebagai makanan khas dari Banyumas. Bagi mahasiswa asing, mendoan yang tipis terasa agak aneh, karena mereka lebih mengenal tempe dengan ukuran yang tebal. Sebanyak 20 mahasiswa asing yang sedang mengikuti International Summer Course (ISC) 2019 yang digelar Universitas Muhammadyah Purwokerto sangat antusias mengikuti proses pembuatan tempe mendoan.
BACA JUGA:
- Catat, Besok Pengumuman Jalur Sekolah Vokasi UGM, 27 Juli 2019
- Jangan Lupa, Pengumuman Seleksi Mandiri UTUL UGM Bisa Dicek Besok, 23 Juli 2019
- Mendikbud Puji Sistem Pendidikan dan Dedikasi Sekolah Kristen IPEKA Grand Wisata
- Keluarga, Sekolah Pertama dan Utama
Mereka diajak ke salah satu warga perajin tempe mendoan di wilayah desa wisata Ketenger, Baturaden, Banyumas. Di tempat ini, perajin tempe masih menggunakan metode tradisional, baik mulai dari perebusan yang menggunakan kayu bakar, hingga membungkus kedelai dengan daun pisang. Mereka juga diajari cara menggoreng mendoan. Berbeda dengan menggoreng tempe pada umumnya, menggoreng tempe mendoan hanya dilakukan sebentar, atau dalam bahasa Banyumas disebut mendo. Itulah kenapa dikatakan tempe mendoan, karena tempe digoreng dalam kondisi adonan tepung setengah matang.
“Mendoan berbeda dengan yang ada di Malaysia. Di sana lebih tebal. Kalau di sini tipis,” terang Nurul Shahirah, mahasiswa asal Malaysia.
Pemilihan tempe mendoan ini untuk mengenalkan kuliner khas Banyumas kepada mahasiswa asing. “Untuk melestarikan produk lokal ke mancanegara, sehingga diharapkan tempe mendoan ini bisa mendunia,” Novi Haryanti, ketua pelaksana ISC 2019.
ISC 2019 yang digelar UMP ini mengambil tema Traditional Herbal Medicine and Cosmetic. Kegiatan yang berlangsung selama dua pekan ini diikuti oleh 20 mahasiswa asing dari beberapa negara seperti Malaysia, Filipina, Turki, dan Sudan. (yp)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply