JAKARTA, KalderaNews.com – Polusi udara di Jakarta tengah jadi sorotan karena pada pertengahan Juni lalu sempat menduduki peringkat teratas kota yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia versi Air Visual. Kualitas udara di Jakarta tergolong sangat tidak sehat. Berdasarkan pemantauan satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada 17 Juli lalu, tercatat kondisi polusi udara di Jakarta semakin mengkhawatirkan. Selain Jakarta, kondisi serupa juga terjadi di Medan dan Surabaya.
Kualitas udara yang buruk terjadi karena peningkatan emisi atau pelepasan PM 2,5 dari kendaraan bermotor dan industri. Kondisi ini juga dipicu musim kemarau.
Tanaman lidah mertua rencananya bakal diletakkan di atap-atap gedung perkantoran pemerintah. Dengan begitu, diharapkan lidah mertua dapat menghilangkan zat beracun yang ada di langit Jakarta.
BACA JUGA:
- Indonesia Bakal Impor Rektor Luar Negeri Nahkodai PTN, Rektor Dalam Negeri Tak Berkualitas?
- Yuk Catat Aturan Masa Orientasi Mahasiswa Baru
- Catat, Besok Pengumuman Jalur Sekolah Vokasi UGM, 27 Juli 2019
- Jangan Lupa, Pengumuman Seleksi Mandiri UTUL UGM Bisa Dicek Besok, 23 Juli 2019
- Mendikbud Puji Sistem Pendidikan dan Dedikasi Sekolah Kristen IPEKA Grand Wisata
Lidah mertua merupakan tanaman dengan nama latin Sansevieria yang berasal dari suku Asparagaceae. Bagi masyarakat Indonesia, tanaman ini sebenarnya bukan jenis baru. Lidah mertua dikenal juga dengan tusuk gigi gajah atau tanaman ular yang dijadikan sebagai tanaman hias untuk pekarangan rumah atau di dalam ruangan. Daun yang kuat dan keras serta bentuk yang panjang dan runcing membuat lidah mertua memiliki estetika.
Pengamat kesehatan lingkungan dari University of Derby Inggris, Dono Widiatmoko menjelaskan, secara umum setiap tumbuhan dapat mengurangi polusi udara, termasuk lidah mertua. “Segala jenis tumbuhan membantu proses mengurangi dampak dari polusi udara. Tumbuhan akan menangkap partikel polusi di udara, saat hujan partikel itu akan luruh dan diserap ke tanah,” kata Dono.
Penelitian menunjukkan, lidah mertua merupakan tanaman hias yang mampu menyerap polusi dan menghasilkan oksigen (O2) lebih banyak, dibandingkan dengan jenis tanaman hias lainnya. Lidah mertua memiliki kemampuan untuk menyerap beragam racun polusi udara. Mulai dari karbon monoksida (CO), benzena, formaldehyde, xylene, hingga toluene. Zat-zat ini merupakan zat racun yang banyak dikaitkan dengan kanker.
Studi yang pernah dilakukan NASA menunjukkan, lidah mertua mampu menghilangkan benzena di ruang tertutup dari 0,156 partikel per meter (p/m) menjadi 0,074 p/m setelah 24 jam. Kadar formaldehyde juga berkurang sebanyak 31.294 mikrogram dalam 24 jam. Trikloroetilen dan toluene juga berkurang 13,4 persen selama 24 jam.
NASA merekomendasikan 15-18 tanaman lidah mertua untuk rumah ukuran sedang hingga besar 167 meter persegi. Sedangkan Jakarta memiliki luas daratan 661,52 km persegi.
Lidah mertua juga mempunyai kemampuan untuk melakukan jenis fotosintesis Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Kemampuan ini membuat lidah mertua dapat mengurangi CO2 bahkan saat malam hari. Melalui proses fotosintesis, lidah mertua menyerap CO2 lalu mengubahnya menjadi oksigen sehingga dapat membuat kualitas udara lebih baik.
Penelitan dari Naresuan University, Thailand menemukan bahwa kadar CO2 menurun drastis dalam lima hari di ruangan sebesar 165 meter kubik dalam lima hari dengan menggunakan empat hingga lima tanaman lidah mertua dengan tinggi 60-80 cm. Penurunan ini mencapai 28,46 persen. “Ini semua tergantung dari volume tumbuhan itu sendiri jumlahnya berapa banyak. Semakin banyak, akan semakin baik,” ucap Dono.
Namun, penelitian mengenai lidah mertua ini umumnya dilakukan untuk polusi di dalam ruangan, bukan untuk di luar ruangan. Sehingga efektivitas lidah mertua untuk untuk menyerap polusi di alam terbuka masih belum diketahui. Begitu juga dengan efektivitas lidah mertua jika dibandingkan dengan pohon-pohon yang berukuran besar.
Studi menunjukkan bahwa semakin besar penampang daun dan semakin banyak klorofil di dalam daun juga akan mempengaruhi laju fotosintesis. Alih-alih hanya menanam lidah mertua, Dono menyarankan agar pemerintah juga menanam jenis pohon lain yang disesuaikan dengan lokasi menanam. “Jika untuk pedestrian misalnya, lebih baik tanam pohon yang juga bersifat meneduhi karena akan lebih bagus jalan kaki di bawah pohon, daripada jalan di samping pohon palem yang pendek,” ujar Dono.
Menurut Dono, lidah mertua cocok di tanam di atap gedung perkantoran dan juga pekarangan rumah. Namun, keberadaan pohon besar yang akarnya sampai ke dalam tanah juga diperlukan.
Sementara, Manajer Kampanye dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Sawung juga menekankan keberadaan pohon besar penting di Jakarta. “Selain lidah mertua, harus mengembalikan juga tanaman-tanaman yang dulu ada di Jalan Thamrin Sudirman, Kuningan yang dibabat oleh pembangunan,” kata Dwi. Selain lidah mertua dan pohon-pohon besar, sebaiknya juga ditanam pohon lain seperti jenis tumbuhan perdu dan kembang untuk menghidupkan kembali ekosistem di Jakarta. (yp)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply