MJO, Biang Kerok Banjir di Musim Kemarau

Sharing for Empowerment

Pengamatan mengenai MJO dapat melibatkan berbagai variabel meteorologi seperti utgoing Longwave Radiation (OLR), presipitasi, angin zonal pada lapisan atas dan bawah troposfer, tekanan muka laut (sea level pressure/SLP), konvergensi kelembapan, suhu permukaan laut (SST), dan flux panas laten pada permukaan laut.

MJO yang sering diasosiasikan dengan terbentuknya SCC pun dapat dengan mudah diamati dari observasi satelit karena puncak awan konvektif sangat dingin, yakni dengan melihat variasi OLR pada daerah konveksi. OLR adalah ukuran atau nilai radiasi bumi yang memiliki panjang gelombang panjang yang terdeteksi dari luar angkasa. Deteksi ini biasa dilakukan dengan peralatan satelit. Nilai yang diukur ini menggambarkan seberapa besar perawanan menghambat keluarnya radiasi bumi tersebut.

Madden-Julian Oscillation (MJO)
Siklus MJO. Pada fase 0 atau t=0, konveksi tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia dan terjadi supresi (mengalami kekeringan) di Samudera Pasifik. Massa udara dengan kondisi ini bergerak ke timur sampai fase 180 dengan lokasi yang berkebalikan (konveksi di Samudera Pasifik dan supresi di Samudera Hindia). Dan terus bergerak ke timur dan kembali ke fase 0 (konveksi di Samudera Hindia dan supresi di Samudera Pasifik). Dalam kurun waktu 30-60 hari, fenomena ini menyebabkan efek basah dan kering pada wilayah-wilayah yang dilaluinya. (Foto: Nature)

Nilai OLR merupakan nilai negatif yang menunjukkan besarnya hambatan tersebut. Semakin kecil (dalam skala negatif) nilai OLR menunjukkan semakin besarnya hambatan sehingga dapat divisualisasikan sebagai semakin tingginya awan yang menghambat tersebut yang biasanya adalah awan konvektif. Secara umum pola OLT menggambarkan pola daerah-daerah konvektif potensial.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*