JAKARTA, KalderaNews.com – Ujian Nasional (UN) 2019 berbeda dari tahun sebelumnya karena ada angket siswa. Angket kepada siswa dimaksudkan sebagai upaya untuk menggali informasi non-kognitif agar diperoleh analisis menyeluruh mengenai faktor-faktor yang memengaruhi capaian siswa.
Ada lima jenis angket yang dapat dikerjakan oleh siswa seusai mengerjakan UN, namun setiap siswa hanya perlu mengerjakan satu jenis paket. Angket tersebut diharapkan akan mampu menjawab banyaknya pertanyaan yang perlu diketahui responsnya dari siswa.
Pertanyaan di dalam angket terkait indikator sosial-ekonomi seperti pekerjaan dan pendidikan orangtua serta kepemilikan barang. Selain itu digali juga persepsi siswa dalam mengenali bakat dan keunggulan diri, serta cita-cita siswa.
BACA JUGA:
- Penerima Beasiswa LPDP Sudah Tembus 20.255, Hasilnya Kayak Apa Ya?
- Inilah Perbedaan Nyata Pandangan Jokowi dan Prabowo Soal Pendidikan Ideologi
- 2019 Sabet Juara I, Jesslyn Bestari: Tetaplah Jadi yang Terbaik
Ketua Badan Standar Pendidikan Nasional (BSNP), Bambang Suryadi mengatakan angket diberikan kepada siswa setelah menyelesaikan Ujian Nasional, karena ingin mengaitkan hasil ujian dengan latar belakang kecenderungan yang dimiliki oleh siswa tersebut.
“Anak yang nilai UN-nya rendah sebenarnya karena apa sih? Tidak pernah ada info apa-apa sebelumnya. Dengan angket ini kita bisa memberikan preferensi,” ujar Bambang.
Hasil angket nantinya dapat menjadi tolok ukur dalam memberikan pelatihan, yaitu dengan mempertimbangkan pendekatan yang bersifat individual.
“Sekolah, guru, harus tahu anak masing-masing kecenderungannya seperti apa, itu banyak tidak terjadi di sekolah. Kadang guru tahu ada aspek non-kognitif anak, tapi tidak bisa mengaitkan itu dengan performa belajar, mungkin karena keterbatasan, karena enggan, tidak ada waktu, tidak paham,” lanjut Ketua BSNP. (ML)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply