DELFT, KalderaNews.com – Perhimpunan Pelajar Indonesia di Delft (PPI Delft) Belanda akan menghelat acara tahunan festival budaya Indonesia InDelftnesia di Freetown Building-X, Delft University of Technology (TU Delft), Sabtu, 16 Maret 2019.
Bertajuk “Archipelago Wonder: Impeccable Diversity“, InDelftnesia 2019 diharapkan dapat membawa pesan ke seluruh pengunjung, baik mahasiswa maupun masyarakat, baik dari Indonesia maupun Internasional, bahwa keberagaman dan perbedaan Indonesia lah yang menjadikan negara ini sangat indah.
Ketua Panitia InDelftnesia 2019, Ingrid Rosalyn Indriana Sitorus saat dihubungi KalderaNews mengatakan bahwa secara eksternal (masyarakat Delft) sangat tertarik dengan keberagaman Indonesia. Bahkan, ada salah satu pengunjung setia yang selalu menonton acara ini sejak 2009. Keberagaman budaya Indonesia masih sangat menarik bagi masyarakat di Delft.
BACA JUGA:
Makna di Balik Festival Sarung Indonesia 2019
900 Prajurit TNI AD Ini Siap Jadi Guru di Daerah 3T
Plus-Minus Pengalihan Pengelolaan SMA/SMK ke Provinsi
Melalui Sistem Zonasi, 5 Masalah Ini Perlu Dibenahi
“Kita melihat Indonesia ini dari banyaknya pulau. Tiap pulau memiliki perbedaannya masing-masing. Tapi, itu adalah perbedaan yang sempurna, seperti halnya PPI Delft yang anggotanya lebih dari 100 orang, juga berasal dari berbagai pulau dan suku mulai dari Aceh, Timur, Ambon, Jawa, Kalimantan dan sebagainya. Semua ada di sini. Kita benar-benar berbeda banget. Berbagai macam suku ada. Yang seneng, dengan adanya PPI Delft ini, mahasiswa tetap nyatu, walaupun berbeda-beda, contoh konkretnya dalam menyelenggarakan acara ini,” terangnya.
“Berkaca dari acara tahun lalu dimana lebih dari 500 orang mengunjungi acara ini, tahun ini kita juga menargetkan lebih dari 500 orang dan sampai saat ini yang registrasi sudah lebih dari 400 orang,” imbuh mahasiswi program MSc Transport, Infrastructure and Logistics di Delft University of Technology (TU Delft).
Uniknya lagi, meski Delft ini terkenal dengan universitasnya yang teknologi banget, mahasiswa Indonesia yang notabene teknik dan engeneering toh mau bergelut di dunia seni dan budaya.
“Saya melihat antuasime mereka besar sekali. Yang terdaftar jadi panitia, volunteer dan performer saja sudah sampai 80 orang.”
Berbeda dengan tahun lalu yang fokus di tema tropis, konkretnya perbedaan cuaca, atau singkatnya menikmati Indonesia yang tropis di tengah cuaca dingin, imbuhnya, tahun ini fokus di tema diversity.
Tema ini memang sangat menarik, seperti ditandaskan Ketua PPI Delft 2018/2019, Agung Christy Rado Togaraja Simarmata.
“Ketika kita membahas tema ini, kita melihat situasi dan kondisi konkret Indonesia. Kebetulan kita masuk tahun politik. Kita melihat isu sara kok kenceng banget. Kita melihat banyak orang terkotak-kotak. Kita terinspirasi untuk menyatukan yang terkotak-kotak itu menjadi satu lagi. Makanya muncul istilah diversity ini,” terangnya.
“Kita mengingatkan bahwa apapun background dan latar belakangnya, kita memiliki kesamaan. Kita sama-sama manusia dan kita punya lima indera. Lima indera ini bisa merasakan Indonesia sehingga bisa menimbulkan kecintaan pada Indonesia,” imbuh mahasiswa program MSc Offshore & Dredging Engineering di Delft University of Technology (TU Delft).
“Kita menekankan, meskipun kita berbeda, tapi kita bisa menerima perbedaan. Perbedaan membuat saya unik, begitu juga yang lain. Namun dengan perbedaan yang ada kita bisa bekerjasama untuk Indonesia,” tandasnya.
InDelftnesia 2019 sendiri bakal semarak dengan dua jenis produksi besar: produksi offstage dan produksi onstage. “Five senses” atau ke-5 indera akan menjadi tema utama offstage. Dengan melihat, mencium, mendengar, meraba, mengecap, para pengunjung dapat merasakan keberagaman budaya Indonesia yang dikemas dalam bentuk Workshop Satay, Anyaman, Batik, Exhibiton (wayang, mainan tradisional, kopi dan rempah-rempah), dan Food Bazaar.
Adapun produksi onstage dikemas dalam bentuk teater dengan alur cerita “4 Punakawan” yang ditampilkan baik oleh penampil internal maupun external PPI Delft. Pesan moral yang ingin disampaikan adalah (dalam bahasa jawa) “Mburu uceng kelangan dhelek” atau mencari sesuatu yang kecil malah kehilangan sesuatu yang lebih berharga. (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply