JAKARTA, KalderaNews.com – Suka makan ayam? Digoreng, dibakar, atau dipanggang lalu dimakan dengan sambal kesukaan. Hmmm, yummy!
Tidak dapat dipungkiri bahwa daging ayam merupakan komoditas pangan yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Alasannya, sumber protein hewani ini paling mudah ditemukan dan memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan daging merah, seperti sapi, kambing, dan sebagainya.
Tahukah kamu awal mula ayam dapat dimakan oleh manusia? Nah, begini ceritanya.
BACA JUGA:
Begini Strategi Badan Geologi Pantau Gunungapi Anak Krakatau
Apa Sih “Doom Tourism” Itu?
Catatumbo, Petir Abadi yang Suka “Main” Keroyokan
Nenek moyang ayam adalah reptil archeopterix yang hidup 160 juta tahun lalu. Ia memiliki sayap namun hanya mampu terbang dengan jarak yang pendek. Ia memiliki paruh bergigi dan ekor panjang. Meski demikian tubuhnya belum ditumbuhi bulu seperti ayam masa sekarang.
Seiring berjalannya waktu, hewan tersebut terus berevolusi hingga menjadi ayam hutan. Ciri khas reptil hingga kini masih terlihat pada rupa kaki dan cakar.
Domestikasi atau penjinakan ayam pertama kali dilakukan pada jenis ayam hutan Gallus-gallus (Gallus Bankiva). Jenis ayam ini banyak tersebar di Asia Tenggara. Selain itu, ada pula ayam Gallus Sonnerati dari hutan India Selatan, Gallus Lafayetii dari Pulau Ceylon, dan Gallus Varius dari Hutan Jawa.
Negara yang pertama kali melakukan domestikasi ayam untuk dikonsumsi ialah Cina di Sungai Kuning pada 6.000 SM. Kemudian tindakan itu juga dilakukan India di lembah Indus pada 2.000 SM.
Di India ayam hutan sebenarnya sudah dimanfaakan sejak 7.000 SM. Tapi hanya digunakan untuk hewan aduan dengan cara menangkap ayam hutan lalu dikandangkan. Ada pula yang mengambil telur ayam hutan kemudian ditetaskan.
Domestikasi ayam tersebar di Korea sekitar 300 SM. Di Eropa Timur muncul melalui Cina pada 3.000 SM sedangkan di Eropa Barat pada 1.000 SM. Oleh Bangsa Polinesia ayam domestik disebarkan hingga Pulau Paskah pada abad ke-12.
Usaha pemeliharaan dan peternakan ayam pun berkembang pesat di Amerika dan Eropa pada abad ke-19. Mereka melakukan penyilangan dan perkawinan hingga diperoleh jenis ayam ternak baru yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Ayam boiler/pedanging atau stain ayam ditemukan pada 1935. Ciri khas ayam ini adalah kecepatan pertumbuhan badan yang tinggi melalui penggunaan konversi pakan yang hemat. Lalu ditemukan juga ayam layer/petelur yang mempu bertelur 300 butir per tahun.
Menurut peneliti Laboratorium Genetika Bidang Zoologi di Pusat Penelitian Biologi LIPI, Indonesia menjadi negara pusat domestikasi ayam ketiga. Hal ini diperoleh dari hasil analisis keragaman genetik ayam domestik/lokal di Indonesia dibandingkan dengan hasil penelitian ILRI. ILRI merupakan kepanjangan dari International Livestock Research Institute (ILRI) yang bertempat di Nairobi, Kenya.
Hasilnya menunjukkan bahwa ayam domestik Indonesia sebagian besar berada di Clad II, hampir 70 persen. Artinya, ayam domestik Indonesia memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan ayam lokal lain di dunia.
Sebagai milenial kita harus bangga dong Indonesia menjadi salah satu pusat domestikasi ayam di dunia! Dan jangan lupa konsumsi ayam lokal Indonesia ya supaya ayam Indonesia tetap lestari! (AC)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply