JAKARTA, KalderaNews.com – Pernahkah kamu mendengar istilah “doom tourism“? Atau kamu malah sering melakukannya, tapi tidak menyadarinya?
Secara harafiah “doom” artinya malapetaka sehingga “doom tourism” dapat diartikan wisata yang melibatkan perjalanan ke tempat-tempat yang terancam mengalami “malapetaka” atau kepunahan akibat proses alam atau pun ulah manusia. Dengan kata lain, obyek wisata tersebut berada pada tahap kritis akut atau di ujung kematiannya.
Menjelang masa hilangnya kecantikan sebagai tempat wisata, manusia pun berburu untuk sesegera mungkin mengunjunginya. Dengan melakukan “doom tourism” mereka menikmati keindahan sebuah obyek wisata sebelum ia kehilangan estetika sebagai tempat wisata.
Banyak tempat indah di dunia kini terancam punah oleh berbagai kerusakan alam atau akibat ulah manusia. Dampaknya tempat-tempat tersebut nyaris tidak dapat dinikmati lagi sebagai surga wisata yang eksotis. Istilah “doom tourism” pun jadi melekat kepadanya.
Salah satu objek yang dapat menjadi “doom tourism” di Indonesia adalah hutan hujan tropis yang kini keberadaannya kian menipis. Bagaimana tidak? Konversi hutan menjadi lahan sawit hingga kini masih marak terjadi. Berbagai fauna yang endemik hidup di dalamnya pun menjadi terancam punah karenanya.
Obyek wisata lainnya ialah pulau-pulau kecil dan gugusan terumbu karang yang hidup di perairan Indonesia. Ancaman utama kepunahannya sebagai objek wisata disebabkan oleh pemanasan global yang mendorong peningkatan muka air laut. Selain itu, pencemaran laut oleh berbagai limbah aktivitas manusia pun turut menyumbang kerusakan yang semakin intensif pada objek wisata ini.
Melakukan “doom tourism” dengan mengunjungi obyek wisata seperti dua contoh yang telah dipaparkan pun menjadi kian marak. Bisa jadi kegiatan wisata yang dilakukan menjadi momen yang benar-benar terakhir, sebelum obyek wisata tersebut hilang.
Pada dasarnya melakukan komersialisasi pada obyek wisata yang berpotensi menjadi “doom tourism” pun menjadi keunikan tersendiri. Potensinya untuk hilang menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang memiliki minat khusus terutama dalam konservasi alam.
Kadang dengan melakukan komersialisasi justru malah meningkatkan eksistensinya dari kepunahan. Hal ini terjadi karena masyarakat semakin sadar bahwa keindahan alam harus terus terjaga agar roda ekonomi tetap berputar. (AC)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply