Ke-Indonesia-an Anak-anak yang Lahir dan Besar di Luar Negeri

Ke-Indonesia-an Anak-anak yang Lahir dan Besar di Luar Negeri
Anak-anak di Sekolah Indonesia Singapura (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Anak-anak Indonesia yang mengenyam pendidikan di Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) sudah selayaknya memiliki jiwa nasionalisme, meski berada jauh dari Tanah Air.

Mereka yang lahir dan besar, semisal di Arab Saudi, belum pernah sekali pun menjejakkan kakinya di Tanah Air, belum pernah melihat langsung seperti apa negara Indonesia, tetap lah anak-anak Indonesia.

“Yang diharapkan dari SILN itu bagaimana kita bisa mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang intinya menciptakan Indonesia kecil di sini,” ujar seorang guru SMA di Sekolah Indonesia Jeddah, Arab Saudi bernama Nelly.

Diketahui, Sekolah Indonesia Jeddah adalah salah satu Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) yang berada di bawah tata kelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Sekolah ini menjadi SILN dengan jumlah siswa terbanyak dibanding 13 SILN lainnya, yakni mencapai 1.076 siswa, dengan jumlah guru 39 orang. SILN ini melayani pendidikan untuk anak-anak Indonesia dari jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA.

Sebagai anak Indonesia yang tinggal di luar negeri, tandas Nelly, anak-anak tentu dihadapkan pada karakter dan budaya yang berbeda dengan Indonesia.

Ini menjadi tantangan tersendiri bagi anak-anak SILN. Karena itulah, guru sudah sepantasnya bisa menjadi teladan dan memberikan contoh yang baik kepada siswa.

Kepala Sekolah Indonesia Jeddah, Sugiyono mengatakan, nilai-nilai ke-Indonesia-an dan jiwa kreativitas anak-anak selalu dibina di sekolah, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan di luar jam sekolah.

Sekolah selalu mengajarkan, melatih, dan mendidik peserta didiknya untuk bisa berkreasi dan berbudaya Indonesia.

“Memang sebagian dari anak-anak kita di sini sudah lahir, besar dan tumbuh di Jeddah, di Arab Saudi, sehingga dibutuhkan pengenalan pertama, penumbuhan, dan pembiasaan karakter ke-Indonesia-an,” tuturnya.

Kegiatan yang rutin dilakukan antara lain pameran masakan Indonesia. Dalam kegiatan ini, siswa diberi tugas untuk memasak masakan Indonesia, lalu menghidangkannya dan membuat dekorasi dengan berpakaian khas Indonesia. Kegiatan ekstrakurikuler pun tidak lepas dari semangat nasionalisme dan menjunjung budaya Indonesia. Siswa dapat mengikuti ekstrakurikuler Paskibra, Pramuka, Pencak Silat, hingga Menari. Siswa juga bebas memilih ekstrakurikuler lain seperti jurnalistik, bola basket, tenis meja, atau badminton.

“Anak-anak setiap tahun juga punya tugas jadi petugas upacara 17 Agustus di kantor KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) Jeddah. Mereka berlatih seperti Paskibra. Jadi cinta tanah airnya tetap kita jaga, kita tumbuh kembangkan supaya mereka tetap cinta Indonesia. Alhamdulillah anak-anak kita menunjukkan ke-Indonesia-annya yang luar biasa,” kata Sugiyono.

Secara umum, Sugiyono menuturkan, kegiatan belajar mengajar dan kurikulum di Sekolah Indonesia Jeddah tidak berbeda dengan sekolah di Indonesia. Namun, Sekolah Indonesia Jeddah tidak hanya memberikan layanan pendidikan secara akademik, melainkan juga membantu urusan kewarganegaraan sesuai dengan visi dan misi SILN, yaitu pelayanan dan dan perlindungan warga negara di bidang pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, serta penumbuhan serta pengembangan budaya ke-Indonesia-an.

“Kami memberikan pelayanan pendidikan kewarganegaraan bagi anak Indonesia, baik itu yang legal maupun ilegal (belum punya dokumen resmi), semua harus kita layani. Kemudian juga budaya keindonesiaannya harus kita tumbuhkembangkan supaya mereka tidak lupa, dan sekaligus soft diplomacy dengan mendukung kegiatan-kegiatan perwakilan di sini, baik KJRI maupun KBRI,” tutup Sugiyono. (ML)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*