EINDHOVEN, KalderaNews.com – Masak sih, ngaku dirimu technology enthusiast, tapi belum tahu sumbernya? Mulai sekarang, jangan ngaku-ngaku deh, kalau belom memperdalam hal-hal berbau teknologi di Sillicon Valleynya Eropa, yakni Eindhoven!
Eindhoven menyediakan universitas yang siap mencetakmu menjadi technology enthusiast, bahkan bisa langsung dipakai oleh perusahaan ternama. Fontys salah satunya. Kamu bisa mengambil jurusan Information & Communication Technology (ICT) untuk memperdalam rasa keingintahuan kamu akan teknologi.
Fontys merupakan salah satu universitas berbasis terapan (university of applied sciences), yang lebih mengedepankan praktek, jika dibandingkan dengan universitas berbasis penelitian (reseach university).
BACA JUGA:
- Gaung International Students’ Day 2018 dari Kota Pelajar Delft di Belanda
- Gegar Budaya Mahasiswa Indonesia di Belanda, Apa yang Harus Dilakukan?
- Nuffic Puji Keterbukaan dan Transparansi LPDP
Fontys berada di brainport area, dimana perusahaan, kampus, dan pemerintahan saling terhubung. Hal ini tentu mempermudah perusahaan yang memiliki masalah untuk diselesaikan oleh tangan-tangan terampil dari Fontys dengan cepat.
Saat ini sekitar 45 ribu mahasiswa belajar di Fontys. 10 ribu dari mereka mengenyam pendidikan di kampus Eindhoven. 2018 ini, terdapat sekitar 30 mahasiswa asal Indonesia yang studi untuk program ICT Software Engineering.
Mereka sudah siap terjun langsung ke lapangan lho! Sistem pendidikan di sini membuat mereka siap untuk memiliki keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Kehidupan Mahasiswa Indonesia di Fontys
KalderaNews yang sedang di Belanda dalam rangka “KalderaNews Jelajah Negeri Kincir Angin 2018” yang diprakarsai oleh Nuffic Neso Indonesia berkesempatan mewawancarai beberapa mahasiswa Indonesia yang mengambil jurusan ICT Software Engineering.
Seperti Amelia Kezia dan Albert Pratomo, mahasiswa program double degree dari Universitas Kristen Petra Surabaya serta Katharina Aryani, mahasiswi ICT Fontys.
Jika ingin berkuliah di Fontys, akan banyak untungnya. Albert menceritakan sisi kelebihan yang dinikmatinya, bahkan sebelum menjadi mahasiswa di sana, yakni masalah housing. Fontys bekerja sama dengan Landlord untuk menyewa tempat tinggal bagi mahasiswanya. Harga housing pun tidak mencekik keuangan pelajar Fontys. Banyaknya mahasiswa dari berbagai penjuru dunia semakin memudahkan dalam bergaul.
“Di sini kuliahnya enak, banyak temen-temen internasional. Jadi bergaulnya gak susah,” jelas Albert dengan dengan logat Suroboyo-annya.
Sementara itu, Katharina Aryani, mahasiswa ICT Fontys memberikan tips jika ingin mendapatkan beasiswa.
“Jika mendaftar dengan memiliki nilai IELTS dan mata pelajaran saat SMA di atas 7.5, kamu akan mendapat beasiswa dengan mudah. Dahsyatnya lagi, jika kamu adalah mahasiswa yang berprestasi, Fontys akan memberikan 1200 Euro di tahun pertama,” tandasnya.
Selanjutnya, bisa menggandakannya menjadi 3000 Euro dengan syarat memiliki sertifikat Propedeuse.
Nah, tahap mendapatkannya disebut Propedeusic Phase. Sertifikat tersebut bisa didapatkan jika sudah mencapai 60 credit.
“Kalau kamu mendapatkan sertifikat ini, ada seremonialnya lho! Mulai dari teman kampus, pihak kampus, bahkan orang tua! Gokil abis.”
Ia pun menambahkan dosen ICT Fontys menyuruh mahasiswanya untuk lebih mandiri dengan sistem self-study. Dengan sistem tersebut diharapkan mahasiswa untuk lebih mengeksplor segala keingintahuannya.
“Ujung-ujungnya bisa tau karena dipush untuk hal yang baru,” ungkap Katharina.
Lalu seperti apa sistem pendidikannya? Jelas beda dengan Indonesia. D isini, setiap 3 bulan sekali mata kuliahnya berganti. Dosen memberikan sebuah projek pada mahasiswanya di akhir semester.
Projek tersebut bertujuan sebagai simulasi bagaimana dunia kerja yang sebenarnya ketika mahasiswa ICT Fontys telah lulus.
“Nggak ada galau-galau lagi setelah lulus mau cari kerja apa! Fontys sendiri sudah memiliki kerjasama dengan 100 perusahaan teknologi tinggi di Eropa. Udah kuliahnya kece, dapet tempat kerja yang hore pula! Kamu bikin bangga Indonesia di Benua Biru.”
Kota yang Tak Pernah Tidur
Fontys sendiri berada di Sillicon Valleynya Eropa, Eindhoven, sebuah kota besar di Belanda. Michèl M.I.M. van Eekhout, Head Fontys ICT English Stream membenarkan hal ini.
Di daerah brainport terdapat konsentrasi terbesar perusahaan teknologi tinggi di Eropa, dengan lebih dari 100 perusahaan sebagai mitra dalam kurikulum pendidikan di Fontys.
Tidak mengherankan, banyak inovasi dan perkembangan teknologi terjadi di kota ini. Startup berbasis teknologi sukses bermunculan.
Sebagai contoh, pada 2017, sebuah car-sharing startup yang bergerak di bidang jasa, Amber, yang telah mengguncang dunia mobilitas dengan BMW i3 elektriknya yang sangat dibutuhkan, meningkatkan dana 500.000 Euro dan memperluas visinya menjadi yang pertama di dunia yang mengimplementasikan kendaraan berbasis self-driving untuk penggunaan komersial pada pertengahan 2018.
Contoh lainnya, SendCloud. Startup yang telah mengembangkan perangkat lunak pengiriman berbasis cloud yang memungkinkan toko online untuk mengoperasikan dan mengirimkan barang lebih efisien, meraih peringkat sebagai perusahaan dengan pertumbuhan tercepat di Belanda untuk 2017 di Deloitte Technology Fast 50.
Selain itu, SendCloud mendapatkan dana segar €5 juta dari investor tahun lalu yang akan meningkatkan lebih lanjut logistik e-commerce di Eropa dan menumbuhkan kehadirannya di Benua Biru.
Banyak cerita dari startup yang berhasil dari Eindhoven, sebuah kota yang diakui sebagai “Best new global city for startups” di daftar Fortune. Eindhoven pun dipenuhi dengan akselerator, inkubator, hub startup, pusat bisnis, dan daftarnya akan terus berbertambah karena kota ini tidak pernah tidur, tapi terus memberikan inovasi. (FH)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply