JAKARTA, KalderaNews.com – Siapa bilang ngegame itu selalu buruk. Selama ini banyak dari kita hanya mendengar dampak negatif dari ngegames saja, padahal ngegame secara ilmiah juga bisa meningkatkan kemampuan belajar.
Selama ini kita hanya mendengar banyak efek negatif dari main games, seperti sekolah atau kerjaan terbengkalai, pelajaran tertinggal dan lain sebagainya.
Memang, main games yang berlebihan dan tak tahu waktu bisa berdampak buruk seperti itu. Akan tetapi, dalil seperti ini tentu tidak berlaku bagi Peraih Medali Merit di Bulgaria International Mathematics Competition (BIMC) 2018, Arshanada Putranta dari SDK 6 PENABUR Jakarta yang juga punya hobi ngegames.
BACA JUGA:
- Edward Humianto: “Einstein Junior” dari SMPK 6 PENABUR yang Rendah Hati
- Stevenson Christopher Hudiono: “Koki Fisika” dari SDK 2 PENABUR Jakarta
- Delfi Vijja Paramita: Sosok Pluralis Best 1 Penelitian Ekonomi Terbaik OSN 2018
Arsha, begitu sapaan akrabnya, menjadikan games sebagai sarana hiburan dan melepas kepenatan yang secara tidak langsung justru bisa meningkatkan kemampuan belajarnya.
“Hobi saya main games seperti mobile legends, tapi tetap masih bisa atur waktu,” akunya saat berbicara pada KalderaNews melalui jaringan telepon.
Benar kata-kata Arsha. Kata kunci ngegame yang benar adalah bisa atur waktu. Dengan begitu, ngegames tidak mendatangkan dampak-dampak negatif. Tak mengherankan, meski hobi main games, Arsha tetap jago Matematika dan kemampuannya ini diakui oleh dunia lho.
Bisa jadi, cara ngegame ala Arsha ini memang sudah di jalur dimana kompleksitas games justru meningkatkan keterampilan kognitifnya seperti dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan. Apalagi, games telah berkembang ke titik dimana penggunanya harus mengambil kendali dan berpikir sendiri. Dan tak jarang, banyak permainan mendorong pemain untuk menjadi sabar dan kreatif dalam memecahkan sebuah teka-teki sebelum mereka dapat maju ke tahap berikutnya.
Kendati demikian, Arsha tetap sadar bahwa kunci agar tidak terjebak dalam games yang membawa dampak negatif adalah tahu waktu. Ia tahu saat harus ngegame dan saat harus belajar. Dengan begitu, ia tidak ketinggalan pelajaran dan tetap berprestasi.
Berkat kesadaran semacam inilah, ia baru-baru ini ikut mengharumkan nama Indonesia dan sekolahnya dengan menggondol medali merit di Bulgaria International Mathematics Competition (BIMC) 2018, Bulgaria, 1-6 Juli 2018.
Peraih Medali Perak di OSN 2017 ini pun berbagi pengalaman mengapa selama ini paling demen dengan yang namanya Matematika.
“Saya suka Matematika karena diajarin sama mama. Dielesin. Seminggu dua kali les, Senin sama Rabu. Les sampai malam. Dah gitu kalau di rumah, tiap hari biasanya ngulang-ngulang soal,” aku peserta didik yang bercita-cita kerja di bank, karena menurut pengakuannya, kalau di bank banyak ngitung-ngitungnya so ilmunya kepakai.
Meski jago Matematika, anak semata wayang yang kini menginjak usia 11 tahun mau ke 12 tahun ini ternyata mengakui ada bagian ilmu Matematika yang tidak disukainya karena saking rumitnya dan ia suka salah yakni aljabar.
Berbicara pada KalderaNews, ia pun berbagi pengalaman mengikuti ajang bertaraf internasional BIMC 2018 baru-baru ini. “Persiapan untuk BIMC memang tekun belajar mandiri. Ada pelatih dari Kemendikbud dua kali. Habis pelatihan kedua, langsung berangkat.”
Ia pun mengaku senang bisa menjadi delegasi Indonesia selama 6 hari di kancah dunia ini. Ia juga merasa senang dan terkesan selama di ajang bergengsi ini. Pengalaman menariknya, akunya, saat culture night.
“Di malam budaya tampil tarian dan nyanyian dari berbagai negara. Kita nari tarian dari Papua.”
Ia pun mengungkapkan perasaannya saat mendapatkan Medali Merit. “Waktu diumumkan dapat Medali Merit lumayan senang. Dah itu aja. Lumayan. Maunya sih emas. Kalah-menang itu memang biasa, tapi kalau bisa sih menang.”
Saat ditanya keinginannya selanjutnya, ia dengan polos menjawab ingin mendapatkan emas di OSN berikutnya dan ikut lagi ajang internasional.
Menanggapi prestasi Arsha ini, Wakil Kepala Sekolah SDK 6 PENABUR Jakarta, Debby Augustine Affandi pada KalderaNews mengakui kalau Arsya ini anaknya memang gigih dan daya juangnya tinggi serta suka belajar soal-soal Matematika.
“Kalau di kelas ya seperti murid pada umumnya. Kadang iseng sama temannya, tapi dia bisa sih ngikutin pelajaran. Nilainya ok.”
Ia menambahkan, prestasinya ini tentu tak lepas dari dukungan orangtuanya. Dukungan orangtuanya sangat besar.
“Mereka menyemangati dan malah kadang-kadang suka curhat saat Arsya sudah mulai agak sedikit down. Mereka biasanya minta tolong untuk menyemangati. Namanya juga anak-anak, mungkin juga terbebani dengan lomba. Yang penting bagi kita adalah menjalin komunikasi dengan orangtua.”
“Saat down, biasanya sih kita panggil dan diminta cerita. Setelah itu dikasih kata-kata yang menyemangati. Takutnya kan terbebani. Apalagi kalau pengennya juara terus. Saat seperti itu kita selalu kasih tahu bahwa juara itu bonus dari Tuhan. Kalau sudah berjuang, pasti Tuhan juga kasih yang terbaik. Yang penting adalah bisa menekuni setiap prosesnya,” pungkasnya. (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply