Metamorfosis Gaya Lukis Piksel Azhar Horo Dipamerkan di Jakarta

Sharing for Empowerment
Karya Azhar Horo berjudul “In The Evening” 180 x180 cm. Acrylic on Canvas 2018 (KalderaNews/Frommyeyes)

JAKARTA, KalderaNews.com – Studio Azhar Horo bekerjasama dengan Galeri Nasional Indonesia menggelar Pameran Tunggal Azhar Horo “from my eyes” di Gedung B Galeri Nasional Indonesia, pada 4–22 Juli 2018. Pameran ini unik dan menarik karena tidak sekadar menjadi catatan praktik berkesenian, namun juga menawarkan metamorfosis gaya lukis yang kemudian menjadi identitas baru seorang seniman lukis, Azhar Horo.

Pelukis kelahiran Boyolali, 27 Febuari 1976 yang pernah dinobatkan menjadi Best Painting from Fine Art Study Program oleh Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, pada 1997 mengaku terinspirasi dari tragedi gempa bumi yang hampir merenggut nyawanya. Ajaib, ia berhasil mentransformasi pengalaman tak terduganya itu menjadi karya visual yang luar biasa.

“Gempa bumi itu membuat Azhar Horo merenungkan kembali, jiwanya yang hampir melayang tertolong oleh tumpukan lukisan yang ada di hadapannya. Beberapa lukisan sobek, tidak bisa diperbaiki lagi. Sedangkan yang lainnya masih bisa diselamatkan. Debu-debu dari rumah yang roboh menutupi rambut di kepalanya. Bahkan dirinya keluar dari puing-puing itu sambil merunduk,” papar Kurator Pameran Frigidanto Agung pada KalderaNews. Ia lantas meyakini situasi itu dipelajari, dipilah, dan direnungkan kembali oleh Azhar Horo.

Melalui fenomena di balik benda bahwa kenyataan itu mempunyai sesuatu di dalamnya atau sesuatu yang baru dalam ruang kendali benda itu sendiri, Azhar Horo berusaha pun mengolah kotak-kotak dalam suatu benda nyata, yang akhirnya mewujud menjadi piksel-piksel sebagai gaya dirinya. Tak hanya itu saja, piksel-piksel itu juga yang membentuk objek visual sesungguhnya.

“Jika memperhatikan apa yang dilukisnya secara mendalam maka akan ditemukan kemiripan bagaimana penggunaan piksel itu dalam foto-foto media massa yang seharusnya tidak dinampakkan, misalnya seorang kriminal, dalam koran kuning, yang selalu ditutup piksel-piksel wajahnya supaya tidak nampak identitas wajahnya,” kata Agung.

“Kekuatan piksel untuk menutupi identitas seseorang dalam foto media massa itu menjadi inspirasi saya mengolah kembali visual dalam lukisan saya sehingga dapat menjadikan tertata sesuai bentuk-bentuk yang saya inginkan,” lanjutnya.

Azhar Horo dengan gaya lukis yang dominan dengan piksel-piksel ini menjadi semacam pembuktian bahwa jiwa dan hidupnya adalah berkesenian, sehingga tragedi pun menjadi sajian visual artistik di tangannya.

“Saya hanya mengulang peristiwa ini lewat ingatan dari kejadian yang saya alami. Melalui kejadian itu, inspirasi saya muncul untuk membuat lukisan yang mampu kembali mengingatkan bahwa robohnya rumah dengan tembok yang hancur dan debu beterbangan menjadi gaya lukisan yang saya hadirkan di atas kanvas,” aku Azhar Horo dengan sorot mata menerawang dan kernyit pikiran yang mencoba mengingat kejadian demi kejadian di masa lalu. (JS)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*