SUKABUMI, KalderaNews.com – Adzan subuh terdengar tegas dan lantang dari mesjid menegaskan bahwa memang shalat lebih utama dan harus dijalankan daripada tidur. Hal itu membuat saya terbangun, teringat ada janji semalam bersama teman-teman menuntaskan hasrat untuk riding bersama, sekaligus menjadi penutup menuju bulan puasa. Kami berencana untuk kumpul di sebuah SPBU di kawasan Cilodong, Depok.
Awalnya kami hanya ingin riding dan mandi air hangat di kawasan Cipanas saja. Namun, karena teman ada yang “memanas-manasi” untuk ke daerah yang jauh, akhirnya kami setuju. Selagi matahari masih malu untuk memancarkan sinarnya, kami masih melakukan persiapan rute keberangkatan terlebih dahulu.
BACA JUGA:
- Pantai Ancol: Pantai Perajut Harmoni Keluarga Jakarta dan Sekitarnya
- Menikmati Syahdu “Little Venice Giethoorn” di Belanda
- Münsterbasilika St. Martin: Keheningan dalam Keramaian Duniawi
Rute yang kami lewati via Jalan Raya Bogor, Yasmin, melewati Institut Pertanian Bogor (IPB), Cigombong, Cikidang, pertigaan Cibadak, melewati jalan yang membelah kebun kelapa sawit, hingga sampai Ciletuh. Kami tidak berjalan dengan tergesa-gesa, namun memang ingin menikmati perjalanan dengan aman, nyaman, dan santai.
Rute didomininasi aspal yang baik. Dari Cilodong, sampai Cigombong didominasi jalan aspal, beberapa diantaranya rusak, namun masih bisa ditoleransi untuk kendaraan kecil. Kami juga melewati pasar dan beberapa titik kemacetan di persimpangan di daerah Yasmin serta sepanjang jalan menuju Institut Pertanian Bogor (IPB) karena memang sudah jadi langganan kemacetan. Estimasi perjalanan dari Cilodong sampai Cigombong diperkirakan 1.5 jam.
Asyiknya lagi, setelah kami melewati kawasan penduduk, rute kami menembus perkebunan teh yang sepi dan memiliki jalan beton yang masih mulus. Tidak banyak yang melewati jalan tersebut, hanya pegawai perkebunan teh, warga sekitar, dan beberapa rombongan motor, termasuk kami. Bersamaan dengan itu kami juga disuguhi pemandangan gunung, dan hamparan sawah di kanan dan kiri jalan.
Melanjutkan perjalanan, kami juga melewati jalan berliku, mirip di Puncak Pass Bogor, bedanya hanya dengan beton dan hamparan kebun teh saja. Kami juga sempat melewati hutan pinus. Kami tidak melakukan manuver, ataupun speeding, tujuannya memang menghargai warga lokal, sekaligus ingin melihat pemandangan alam dan menghilangkan penatnya pikiran dari hiruk-pikuk ibukota.
Kami sempat beristirahat di sebuah minimarket untuk minum dan membeli beberapa cemilan. Maklum, kami berangkat dengan perut kosong. Tidak lama dari tempat kami beristirahat, jarak ke kawasan Pelabuhan Ratu sekitar 1 jam lagi.
Lagi, rute kami didominasi jalan yang bagus, sudah mumpuni untuk para pengunjung yang ingin mengunjungi kawasan Pelabuhan Ratu. Cikidang, daerah dikenal bagi beberapa pengendara motor sebagai tempat untuk cornering, knee-down, karena memang memiliki aspal yang cukup baik. Namun para pengendara disini harus berhati-hati, usahakan tidak terlalu sering speeding, apalagi cornering, cukup banyak blind spot dan truk sawit yang justru akan membahayakan pengendara sendiri.
Selain itu, minimnya pencahayaan jalan, membuat pengendara harus mempertajam penglihatannya jika ingin melewati jalan tersebut pada malam hari, belum lagi kabut yang turun dan membuat jarak pandang semakin tipis. Semakin kami mendekati pantai, jalan yang kami lalui menjadi cukup ekstrim. Beberapa ada turunan curam dan tikungan bersamaan. Membuat kami cukup menguras konsentrasi dan lebih memerhatikan pengereman.
Peristirahatan kedua kami sampai jam 11 siang, berhenti di tepi jalan yang menghadap langsung ke laut sembari memakan Cuankie. Jarak tempuh sampai tempat peristirahatan kedua kami, kira-kira 130 kilometer. Hal lain selain faktor perut yang lapar, kami harus mendinginkan rem yang sudah tidak efektif untuk dilanjutkan mengingat kondisi jalan didominasi turunan dan tikungan curam. Kuda besi kamipun harus meminum BBM kembali untuk melanjutkan ke tujuan kami yang sebenarnya. Waktu yang kami tempuh untuk sampa peristirahatan kedua selama 5,5 jam, dengan gaya mengendarai yang santai, dan banyak berhenti untuk foto-foto pemandangan.
Petualangan sebenarnya baru saja dimulai ketika kami melewati jalan menuju Geopark Ciletuh. Kami baru masuk memulai perjalanan tersebut dan kami semua tercengang dengan pemandangan menuju Ciletuh. Kami semua pun takjub dengan sejauh mata memandang hanya pantai, tebing, dan lereng. Ini seperti mimpi saja, kami belum pernah melihat jalanan sebagus ini, dengan pemandangan yang luar biasa indahnya, tapi dengan intensitas kendaraan bermotor yang sangat minim! Kami membawa motor kami dengan pelan, sesekali melakukan speeding ketika jalan kosong, atau di jalan lurus saja.
Kami cukup lama menikmati perjalanan ini, hingga kami berhenti untuk memfoto kendaraan kami, bukti otentik bahwa kami telah melakukan perjalanan menuju Geopark Ciletuh.
Karena saking takjub nya kami dengan rute yang kami lalui, kami jadi tidak banyak berfoto di kawasan Geopark Ciletuh, dan hanya singgal di pantainya saja. Dengan harga tiket masuk 10 ribu untuk motor, pengunjung bisa menikmati hamparan pantai dengan pasir putih, sementara disisi kanannya terdapat gunung, dan curug. Sepanjang perjalanan menuju Pantai Ciletuh, banyak dijajakan kedai untuk makan, cottage, wahana bermain, hingga taman ria yang aktif di malam hari.
Seperti biasa, karena beberapa pengunjung tidak sadar akan kebersihan tempat wisata, banyak sampah berserakan di pantai.
Secara keseluruhan, kami memang disajikan dengan pemandangan selama perjalanan yang menakjubkan. Belum lagi rute yang cukup ‘menantang’, dan waktu yang terbatas membuat kami harus sesegera mungkin kembali ke Jakarta. Estimasi pengeluaran selama perjalanan kami diperkirakan 100 ribu rupiah untuk BBM jika anda menggunakan motor bebek sport. Itu belum termasuk makan, karena budget kami terbatas, 20 ribu rupiah sudah cukup, dan HTM Pantai Ciletuh sebesar 10 ribu. Jika dijumlahkan, tidak sampai 200 ribu rupiah untuk bisa pergi dan menikmati pemandangan indah selama perjalanan menuju Pantai Ciletuh.
Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru dan menikmati pemandangan Indonesia yang tersembunyi. Karena di setap perjalanan, kamu akan menemukan cerita menarik bersama teman-teman kamu yang menjadi kenangan tersendiri dan bisa kamu ceritakan suatu hari nanti. (FH)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply