JAKARTA, KalderaNews – Dinilai berhasil dalam menangani wabah penyakit fusarium layu pisang yang saat ini tengah menyerang negara-negara produsen pisang, Food and Agriculture Organization (FAO) telah meminta Indonesia untuk berbagi pengalamannya di bidang ini pada peluncuran “Global Programme on Banana Wilt Disease” di Pertemuan ke-44 Komite Ketahanan Pangan Sedunia di Roma, Italia. Indonesia secara khusus diundang untuk berbagi pengalamannya karena mampu meningkatkan produksi pisangnya pada saat wabah fusarium layu sedang menjangkiti negara-negara produsen pisang lainnya.
Fusarium layu merupakan penyakit pisang yang dianggap paling membahayakan karena sifatnya yang sangat menular dan dapat menurunkan jumlah produksi hingga 35%. Sebagai respon terhadap wabah penyakit fusarium layu di antara negara-negara produsen pisang, terutama di Afrika, FAO meluncurkan “Global Programme on Banana Wilt Disease”.
Direktur Perdagangan, Komoditas, dan Kekayaan Intelektual Kementerian Luar Negeri, Tri Purnajaya pada KalderaNews menceritakan bahwa dalam paparannya pada peluncuran program global FAO dimaksud menjelaskan bahwa pisang merupakan komoditi buah terbesar Indonesia dengan total produksi sebanyak 31% dari total produksi buah nasional. Di Indonesia, fusarium layu ditangani secara organik tanpa menggunakan zat-zat kimia. “Pemakaian bahan kimia ternyata menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sehingga di Indonesia penanganan fusarium layu lebih memanfaatkan bakteri antagonis yang hidup di daerah perakaran,” tegasTri.
Disampaikan pula bahwa bahwa spesies pisang lokal Indonesia, seperti Kepok, Ketan, Kinalum, dan Raja Muli, lebih tahan terhadap wabah fusarium layu. Hal ini juga yang menyebabkan produksi nasional pisang Indonesia pada tahun 2015 berada di angka yang cukup tinggi, yaitu 6,7 juta ton, meskipun di tingkat global produksi pisang sedang dipengaruhi oleh penyakit fusarium layu. Langkah aktif sosialisasi dan pelatihan yang diberikan oleh Pemerintah kepada petani pisang lokal juga telah banyak berkontribusi dalam menekan wabah penyakit fusarium layu di Indonesia.
Indonesia pada kesempatan yang sama juga menawarkan bantuan kepada negara-negara FAO, khususnya produsen pisang, dalam bentuk peningkatan kapasitas penanganan wabah penyakit fusarium layu. Tawaran kerja sama ini, yang disambut dengan sangat baik oleh FAO dan negara-negara anggotanya, merupakan bukti komitmen kuat Pemerintah RI yang sedang mengedepankan diplomasi ekonomi. (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply