Sstt… Ternyata Begini Sejarah Hari Batik Nasional, 2 Oktober

Ilustrasi: Sejarah Hari Batik Nasional, 2 Oktober. (KalderaNews.com/Ist.)
Ilustrasi: Sejarah Hari Batik Nasional, 2 Oktober. (KalderaNews.com/Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Semua bermula pada Jumat, 2 Oktober 2009, di Abu Dhabi. Kala itu, digelar sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Tak-benda yang digelar The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization alias UNESCO.

Tepat pada hari itu, sebelas tahun silam, sejarah Hari Batik Nasional bermula. Hari itu, batik ditetapkan masuk dalam Daftar Perwakilan Warisan Budaya Tak-benda (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) UNESCO. Semenjak itu, pemerintah menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

BACA JUGA:

M. Nuh yang kala itu menjabat sebagai Menteri Ad-Interim Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan bahwa batik diakui secara internasional dalam sebuah sidang terbuka. “Pengakuan UNESCO terhadap batik itu merupakan proses panjang yang melalui pengujian dan sidang tertutup. Sebelumnya, pada 11-14 Mei 2009 telah dilakukan sidang tertutup dalam penentuan di hadapan enam negara di Paris,” demikian kata M. Nuh.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun segera membuat penetapan Hari Batik Nasional dalam Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik Nasional.

Pada medio sebelumnya, terutama di era pemerintah Presiden Soeharto, batik mulai dikenal oleh masyarakat luar negeri. Pada pertengahan tahun 1980-an, Soeharto kerap memberikan batik sebagai cinderamata bagi tamu-tamu negara. Soeharto juga sering mengenakan batik saat menghadiri forum-forum internasional.

Kata batik sendiri berakar dari kata “amba” yang berarti lebar yang merujuk ke kain putih yang lebar. Sementara “tik” berasal dari kata titik. Maka, batik bisa diartikan sebagai menggambar dengan pola titik-titik di kain yang lebar. Kain itu dilukis dengan cairan lilin malam yang dipanaskan memakai alat bernama canthing, hingga menghasilkan pola tertentu.

Tidak ada yang dapat memastikan kapan tepatnya batik tercipta. Namun, dari bukti-bukti sejarah, batik sudah ada sejak zaman Majapahit. Beberapa literatur juga menuliskan bahwa sejarah batik di bumi Nusantara telah dimulai sejak masa kerajaan Majapahit, dan kemudian diwariskan ke kerajaan-kerajaan berikutnya.

Akan tetapi, pada masa itu, batik hanya dipakai di kalangan keluarga dan pegawai kerajaan saja. Namun, di satu titik masa, masyarakat umum pun mulai mengenakan batik sebagai busana. Pekerjaan membatik mula-mula juga hanya dikerjakan kaum perempuan untuk mengisi waktu luang. Seiring waktu, pekerjaan membatik dikerjakan siapapun, baik perempuan maupun laki-laki.

Pola corak batik pun semakin beragam. Pada awalnya, corak batik banyak dipengaruhi oleh simbol-simbol yang dihidupi dalam masyarakat Jawa. Lambat laun, pola corak batik kian berkembang dan beragam.

Pembatik di sentra pembuatan batik Banyumas, Jawa Tengah (KalderaNews.com/y.prayogo)

Dalam hal pembuatan pun, batik mengalami perubahan besar. Yang awalnya hanya dikerjakan dengan bantuan canthing, kini muncul batik cap, bahkan ada pula batik yang telah menggunakan teknologi dalam pembuatannya.

Sentra-sentra pembuatan juga tumbuh, terutama di Jawa. Hampir di semua kabupaten di Jawa Tengah memiliki sentra pembuatan batik, dengan corak khas daerah tersebut. Hingga kini, masih banyak masyarakat yang menggantung penghasilan dari sentra-sentra pembuatan batik ini.

Pada suatu masa, batik memang pernah dianggap sebagai busana kuno orang jaman dulu. Orang muda pun enggan mengenakan batik. Penetapan Hari Batik Nasional, sebelas tahun silam, seperti sebuah titik tolak keberadaan batik di Indonesia. Kini, batik bukan lagi busana kuno. Batik telah menjadi fashion bagi siapapun, kapanpun, dan di manapun.

Jangan lupa, besok memakai batik ya!

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*