JAKARTA, KalderaNews.com – Program pendidikan keluarga sudah dirintis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak 2015. Menurut Ir Haris Iskandar PhD dari Kemendikbud bahwa inisiasi program ini paling banyak diikuti oleh orang tua yang memiliki anak PAUD, yakni sebanyak 68%.
Pentingnya pendidikan anak di usia emas membuat Kemendikbud berinisiasi membuat “Gerakan Pendidikan Keluarga.” Gerakan ini fokus kepada memberikan pendidikan kepada orang tua berupa pola pengasuhan yang penuh kasih sayang. Bukan untuk memanjakan anak, akan tetapi untuk membentuk karakter diri anak yang baik.
Orang tua merupakan pelajar sepanjang hayat, maka dari itu refleksi dan adaptasi harus selalu dipratikkan. Dengan demikian, orang tua dan anak memiliki hubungan yang menyenangkan dan bermakna.
BACA JUGA:
- Kreativitas Kunci Pembelajaran PAUD di Masa Pandemi Covid-19
- Tidak Ada yang Siap dengan PJJ, Namun Itulah Jalan Terbaik
- Pola Pengasuhan Merupakan Kunci Utama Belajar di Rumah yang Efektif
Pada masa pandemi Covid-19, orang tua menjadi guru abadi untuk mendidik anak di rumah. Beragam masalah mulai dari finansial, teknologi, hingga keluarga menjadi tantangan bagi orang tua untuk tetap bisa memenuhi hak anak. Gerakan ini memiliki 4 tahap, yakni pra-tahap keluarga, tahap 1, tahap 2, dan tahap 3.
Tahap pra keluarga merupakan pembinaan pranikah. Tahap ini bekerja sama dengan Kementerian Agama. Para calon pasangan suami-istri (pasutri) yang hendak menikah, maka harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu.
“Pelatihan pranikah sangat baik untuk mempersiapkan para orang tua menjadi pendidik. Pendidik yang sangat penting, sejak dalam janin mereka (anak-anak) harus dikasih stimulasi nutrisi, sampai kemudian lahir normal, sehingga di golden age ini anak-anak betul-betul terawat dengan baik, sehingga kita menghasilkan generasi yang hebat,” ujarnya pada webinar Kidventure penabur.
Tahap 1 merupakan kesepakatan peran keluarga di rumah dan di sekolah (komite sekolah). Komite sekolah menjadi semacam partner dalam pendidikan anak. Lalu, tahap 2 yakni penguatan kompetensi orang tua melalui program pendidikan keluarga.
“Direktorat Kemendikbud memiliki laman bernama Sahabat Keluarga. Di sana ada berbagai resources, baik itu untuk orang tua yang memiliki anak usia PAUD, SD, SMP, SMA. Di sana ada video, lagu, buku, komik, semua bisa digunakan,” paparnya.
Lalu tahap 3 yaitu pengembangan gerakan pendidikan keluarga. Kemendikbud juga memiliki lembaga SEAMEO Center for Early Childhood Care Education and Parenting (CECCEP). Lembaga tersebut didirikan oleh Haris Iskandar untuk pelatihan orang tua di lingkup Asia Tenggara. SEAMEO Indonesia bertempat di 7 lokasi, salah satunya CECCEP di Bandung.
Ia berharap Gerakan Pendidikan Keluarga akan terus berkembang ke arah yang lebih baik, baik dari segi fasilitas dan materi, demi mewujudkan keluarga yang hebat dan pendidikan berkualitas. Dukungan masih sangat diperlukan untuk memperluas intervensi bimbingan teknologi (Bimtek) Pendidikan Keluarga pada kelompok Early Majority.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply