JAKARTA, KalderaNews.com – Kurikulum yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman alias jadul memang tidak punya tempat lagi di . Kurikulum usang sudah tidak dipakai lagi dan diganti dengan yang lebih kekinian.
“Kita tidak terlalu sering membaharui kurikulum, tapi tentu tidak seperti perguruan tinggi lain yang bisa 10 tahun baru ganti kurikulum. Misalkan ada perubahan di industri, kita mau tidak mau harus segera lakukan perubahan kurikulum,” terang dosen senior program MA di Graduate School Swiss German University, Dr. Antonius TP. Siahaan, SE.,Akt.,MM.,CA saat berbicara dengan KalderaNews.
Ia menambahkan kurikulum baru adaptif dengan situasi yang terkini. Mata kuliahnya juga ada yang disesuikan dengan yang kekinian seperti big data dan digital marketing.
BACA JUGA:
- Kurikulum Program MBA SGU Selalu Tanggap dan Update Situasi Terkini
- Teknologi dan Inovasi Keuangan: Evolusi Bisnis Perbankan
- Rahasia dan Trik Menyiasati Restrukturisasi Pinjaman Bank buat Pengusaha di Tengah Pademi Covid-19
- Buruan, 75 Beasiswa Master (S2) Double Degree Swiss German University Tutup 15 Juni 2020
- Inilah Keunggulan Program Double Degree MM-MBA di Swiss German University
- Inilah Dampak dan Peluang Bisnis dari Covid-19 bagi Sektor Industri di Indonesia
“Kita sudah meninggalkan kurikulum yang lama. Yang lama diganti dengan yang kekinian. Mengajarkan dengan ilmu yang lama, itu sudah tidak laku.”
Toni, begitu sapaan akrabnya, mencontohkan konsep dan strategi 4P dalam marketing, yakni Product (produk), Price (harga), Place (tepat) dan Promotion (promosi) yang sudah ketinggalan zaman karena cara orang memasarkan sudah serba digital. Karena itu, mata kuliahnya pun disesuaikan.
“Big data dan data science adalah mata kuliah baru dan belum banyak dijarkan business school yang lain. Kita memanfaatkan era digital dengan big data untuk mememangkan pasar,” tegas Head Corp Finance PT Tribanyan Tirta Tbk tersebut.
Mahasiswa pun diajarkan untuk mendesain strategi marketing secara baru dan menyasar target market yang saat ini memang telah berubah.
“Kalau di bidang finance, kita juga lebih memfokuskan tidak hanya pada teori-teori klasik, tapi juga pada penerapan-penerapannya yang zaman kini, misalnya seperti fintech, financial inclusion dan sebagainya.”
Studi kasusnya pun dibuat sedekat mungkin dengan keadaan yang sekarang, sehingga nantinya lulusannya itusiap masuk ke industri yang memang sudah berubah. Ilmu S2 20 tahun yang lalu kalau diterapkan untuk saat ini, terangnya, pasti sudah usang.
Di kurikulum dengan mata kuliah baru yang kekinian di Program MA SGU memang baru tahun ini diterapkan. Karena itu, mata kuliah-mata kuliah yang sudah ketinggalan zaman benar-benar diubah dan tidak dipakai lagi.
“Kita memasukkan topik-topik yang kebaharuan dan secara reguler menyelenggarakan CEO Talk. Kita undang eksekutif-eksekutif CEO dari perusahaan-perusahaan ternama, BUMN dan perusahaan swasta terbesar di Indonesia untuk sharing kepada student. Jadi tidak hanya teori-teori yang didapatkan di bangku kelas, tetapi juga sharing experience nyata dari yang berpengalaman dalam mengelola suatu bisnis,” terang Chief Financial Officer PT Dinar Anugerah tersebut.
Apalagi saat menghadapi krisis seperti saat ini, hal begini tidak bisa diajarkan di kelas, tapi itu skill dan pengalaman, misalkan bagaimana perusahaan yang mau bangkrut bisa diputar balik (turn around) jadi bangkit.
Para CEO yang berbagi pengalaman dalam menentukan sumber daya apa yang harus dipilih, dibuang dan diselamatkan itu penting untuk bekal para student.
“Kita ingin lulusan yang siap ketika masuk ke industri dan bisa segera berkompetisi dengan rekan-rekannya yang lain, sehingga bisa menerapkan business decision yang lebih taktis dan sesuai dengan perkembangan zaman,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply