JAKARTA, KalderaNews.com — Besok 6 Juni adalah hari lahir Soekarno, salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia. Kisah-kisah di seputar hari kelahirannya dan keluarga yang melahirkan dan membesarkannya, selalu menjadi perbincangan yang menarik. Selain untuk mengenal presiden pertama Indonesia itu, pengenalan akan kisah-kisah tersebut juga memperdalam pengetahuan akan perjalanan perjuangan Indonesia dalam memperoleh kemerdekaannya.
Dalam Sukarno an Autobiography, as Told to Cindy Adams, Soekarno menceritakan sejumlah fakta unik seputar hari lahir dan kehidupannya. Pada bab dua otobiografinya yang diterbitkan oleh The Bobbs-Merril Company, Inc. pertama kali pada 1965 itu, presiden pertama Indonesia menceritakan saat-saat pribadinya dengan sang Ibunda, Idayu.
“Ketika saya masih kecil, mungkin ketika berumur dua tahun, Ibu mengucapkan doa berkat kepada saya. Dia bangun sebelum matahari terbit dan duduk dengan diam dalam gelap di beranda rumah kecil kami, tidak melakukan apa-apa, tidak mengatakan apa-apa, hanya melihat ke arah Timur dan dengan sabar menyaksikan matahari terbit,” kisah Soekarno, yang lahir pada 6 Juni 1901.
BACA JUGA:
- Serunya Bercengkerama di Pelataran Jam Gadang
- Asal Muasal Ngarai Sianok di Pegunungan Tanah Sumatra
- Eloknya, Wisata Pantai di Pulau Sipora, Mentawai
- Kuliner Ekstrem Ini Wajib Kamu Icipi Saat Berkunjung ke Mentawai
- Yuk Jelajahi 10 Masjid Tertua di Indonesia, Wajib Dikunjungi Usai Pandemi Covid-19
Apa saja hal unik dari seputar hari kelahirannya, dan masa kecilnya, berikut ini tujuh di antaranya, dinukil dari otobiografi yang ditulis bersama dengan Cindy Adams, biografer asal Amerika Serikat itu.
1.Sang Putra Fajar
Soekarno bercerita, suatu kali ibunya duduk di beranda menatap matahari yang mulai menyingsing. Ia mendekat dan turut menyaksikan terbitnya sang mentari.
Lalu sang Bunda memeluknya. Suara lembut sang Bunda terdengar oleh Soekarno berkata, “Anakku, kamu sekarang sedang menyaksikan matahari yang mulai terbit. Dan kamu, anakku, akan menjadi manusia yang penuh kemuliaan, pemimpin rakyat, karena ibumu melahirkanmu pada saat fajar menyingsing. Kita orang Jawa percaya dia yang dilahirkan pada saat fajar menyingsing memiliki takdir. Kamu adalah Putra Fajar.”
Menurut Soekarno, dirinya bukan hanya seseorang yang lahir pada saat fajar menyingsing di sebuah hari baru, tetapi juga pada fajar bagi sebuah abad. baru. Dia lahir pada tahun 1901.
2. Perpaduan Dua Ekstrem
Soekarno lahir pada tanggal 6 bulan 6. di bawah rasi bintang Gemini, simbol kembar. Soekarno percaya ia adalah perpaduan dua sifat kembar yang ekstrem. Di satu sisi ia bisa lembut, namun di sisi lain ia juga bisa ketus. Ia dapat keras seperti baja, namun ia juga puitis.
“Kepribadian saya campuran antara akal dan emosi. Saya pemaaf tetapi saya juga penuntut. Saya memasukkan musuh negara ke dalam penjara, tetapi saya tidak tega melihat burung dalam sangkar,” kata dia.
3. Lahir hanya disaksikan oleh seorang pria tua.
Menurut Soekarno, ia lahir di tengah keluarga yang sangat miskin. Ayahnya tak sanggup untuk memanggil bidan. Kelahirannya hanya disaksikan oleh seorang pria tua yang masih sahabat keluarga.
“Hanya dia dan tidak ada orang lain yang menyambut kelahiran saya,” kisah Soekarno.
Ia membandingkan dengan mitologi Hercules, yang ia saksikan dalam sebuah plakat marmer di Istana Bogor. Hercules digendong oleh ibunya dikelilingi oleh 14 perempuan cantik, kesemuanya tidak berbusana.
“Dapatkah Anda bayangkan nasib baik seperti itu, terlahir dikelilingi oleh 14 dara cantik? Soekarno tidak memiliki keberuntungan seperti Hercules. Ketika saya lahir, tidak ada yang memeluk saya kecuali seseorang yang sangat sangat tua,” kata Soekarno.
4. Pernah difitnah sebagai anak haram Tuan Kebun Belanda.
Pada tahun 1949, nama Soekarno menjadi buah bibir di Belanda. Republik Indonesia baru berumur empat tahun dan tengah dalam konflik hebat dengan negara bekas penjajahnya.
“Mereka sangat membenci saya di Belanda, Mereka berbicara menentang saya di radio dan menulis melawan saya di surat-surat kabar,” kisah Soekarno.
Salah satu tulisan yang masih diingat Soekarno adalah di sebuah majalah. Yang menggelikan, di awal artikel, semua kehebatan Soekarno disebutkan. Namun semua itu dengan tujuan menjatuhkan. Soekarno disebut sebagai seorang yang energik, dinamis, samasekali bukan seperti tipe orang Jawa yang bergerak dan berpikir lambat. Soekarno bukan tokoh pemalu, ia dapat berbicara tujuh bahasa. Dia adalah pemimpin dengan segala kualitas yang baik.
Namun di akhir tulisan yang memuji itu, menurut Soekarno, penulisnya membuat kesimpulan, “Para pembaca, apakah Anda tahu mengapa Soekarno memiliki kualitas demikian? Karena Soekarno bukan asli Indonesia, itulah sebabnya. Dia adalah anak tidak sah dari seorang Belanda tuan kebun kopi yang menjalin hubungan cinta dengan buruh taninya, dan kemudian membesarkan sang bayi.”
Menurut Soekarno, satu-satunya yang dapat bersaksi untuk membantah tuduhan itu kepada ayahnya adalah ibunya sendiri.
5. Kakek dan kakek buyutnya berjuang melawan Belanda.
Ibunda Sukarno, Idayu, adalah seorang putri Bali dari kasta Brahmana. Ia keponakan dari Raja Singaraja yang terakhir, Ayahnya, Raden Sukemi Sosrodihardjo. masih merupakan keturunan dari Sultan Kediri.
“Walau saya lahir dari kelas penguasa, dedikasi saya bagi kemerdekaan rakyat saya bukan keputusan yang tiba-tiba. Saya mewarisi itu,” kata Soekarno.
Dedikasi untuk memperjuangkan kemerdekaan rakyat, bagi Soekarno, ia peroleh dari semangat kakek dan kakek buyutnya dari garis ibu. Ketika pada 1556 Belanda datang untuk memulai penguasaannya atas pulau-pulau di Indonesia, rakyat berjuang untuk mempertahankannya.
“Kakek dan kakek buyut saya dari garis ibu meninggal dalam Perang Puputan, kata dia, menyebut salah satu perang paling berdarah melawan Belanda.
Menurut Soekarno, Belanda menipu Raja Singasari yang terakhir dan menguasai seluruh kekayaan, rumah, tanah dan seluruh milik kerajaan. Belanda mengundang Raja ke kapal perang mereka untuk berunding. Tetapi kemudian menangkapnya dan memasukkannya ke dalam penjara. Setelah Belanda menduduki istana dan menguasai kepemilikan Kerajaan, keluarga Ibunda Soekarno menjadi sangat miskin.
“Kebencian Ibu terhadap Belanda dia wariskan kepada saya,” kata Soekarno.
6. Happy ending kisah cinta ayah dan ibunya yang seru.
Pada masa gadisnya, setiap pagi dan sore Ibunda Soekarno bekerja membersihkan pura. Ayahnya, seorang guru SD di Singaraja, ketika itu sering mengunjungi mata air di depan pura.
Pada suatu hari mereka bertemu dan kemudian bertukar sapa. Hal itu berlanjut menjadi kisah cinta.
Namun, ayahanda Soekarno yang bukan orang Bali menjadi masalah. Keinginannya untuk mempersunting Ibunda Soekarno ditolak. Hal itu dianggap melanggar aturan adat.
Sampai akhirnya hal itu dibawa ke sidang adat. Ibunda Soekarno ditanya apakah betul pria Jawa yang menjadi pacarnya ingin menikahinya, dan ia menerimanya tanpa paksa? Ibunda Soekarno mengatakan tak ada paksaan apa pun. Ia mencintai pria itu.
Tidak ada lagi alasan bagi pengetua adat untuk melarang pernikahan itu. Namun sesuai dengan aturan, pasangan itu harus membayar denda sebesar 25 ringgit, setara dengan 25 dolar AS kala itu.
Ibunda Soekarno menjual perhiasan emasnya untuk membayar denda tersebut.
7. Dari Kusno menjadi Soekarno.
Ketika lahir awalnya Soekarno diberi nama Kusno. Ia tumbuh menjadi bayi yang sakit-sakitan. Malaria, disentri dan berbagai penyakit lainnya menghinggapinya silih berganti.
Ayahnya berpikir itu dikarenakan nama tersebut tidak cocok baginya. Karena itu namanya kemudian diganti. Inspirasi nama barunya bersumber dari sosok Karna pada kisah Mahabarata. Karna adalah seorang pejuang bagi negaranya dan patriot yang berani.
“Kami akan menamai kamu Karna. Karna adalah salah satu pahlawan hebat Mahabarata. Kamu akan menjadi orang yang kuat dan pribadi yang hebat,” demikian ayahnya berkata.
Dalam Bahasa Jawa, huruf A di akhir kata sering diucapkan menjadi O. Lalu ditambah dengan awalan Su, yang berarti baik atau hebat. Sukarno bermakna, Karna yang baik, Karna yang hebat.
“Selalu menjadi doa saya,” kata ayah Soekarno, “anak saya akan menjadi patriot dan pahlawan hebat bagi rakyatnya. Kamu harus menjadi Karna yang kedua,” demikian Soekarno mengingat kata-kata ayahnya.
Menurut Soekarno, namanya setelah itu adalah Soekarno. Dan hanya itu saja. Soekarno. Ia tidak memiliki nama depan maupun nama belakang.
“Beberapa wartawan bodoh pernah menulis nama depan saya Achmad. Menggelikan. Saya Soekarno saja. Memiliki hanya satu nama bukan hal aneh di masyarakat kami. Di sekolah (zaman Belanda) tanda tangan saya harus dieja menjadi Soekarno, dengan cara Belanda. Di masa kemerdekaan Indonesia, saya telah memerintahkan semua OE harus kembali dieja menjadi U. Ejaan Soekarno sekarang adalah Sukarno. Sayangnya sangat sulit mengubah tanda tangan seseorang setelah 50 tahun sehingga saya sendiri menulis nama saya masih dengan SOE.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat, dan teman-temanmu.
Leave a Reply