JAKARTA, KalderaNews.com — Setiap tahun sedikitnya 1.500 mahasiswa asal Amerika Serikat terpilih untuk mengikuti program beasiswa Fulbright yang disponsori oleh Kementerian Luar Negeri Paman Sam itu. Selain dalam bentuk beasiswa untuk studi dan riset, beasiswa Fullbright yang popular adalah mengajar bahasa Inggris di berbagai negara di luar AS.
Saat ini ada 140 negara di dunia yang menerima para penerima beasiswa mengajar Bahasa Inggris ini, termasuk Indonesia. Menurut situs Fulbright, tahun ini mereka menyediakan beasiswa mengajar bahasa Inggris di Indonesia untuk 35 orang. Mereka akan mengajar di sekolah menengah pertama di pedesaan dan kota. Lamanya mengajar 25 jam per minggu.
Menjadi penerima beasiswa Fulbright adalah idaman mahasiswa AS (dan juga mahasiswa luar AS). Ada berbagai manfaat yang mereka peroleh, selain beasiswa itu sendiri. Misalnya, bagi penerima beasiswa Fulbright yang turut dalam program mengajar bahasa Inggris, memiliki kesempatan diterima bekerja di instansi pemerintah federal AS.
BACA JUGA:
- Mahasiswi Asal Bali Ukir Prestasi Akademik Luar Biasa di University of Kansas
- Lulus SMA Dapat 3 Beasiswa ke Amerika dan Kanada, Rachel Sarah Wiradharma: Ini 2 Tip Kuncinya
- Amazing! Begitu Lulus, Siswi SMA ini Langsung Dapat Beasiswa ke Florida
- Keren Nih, Kania Khairunissa, Siswi SMA Islam Al-Azhar BSD Lolos Seleksi di 5 Universitas Australia
- Gokil Abis, Siswi PENABUR ini Dapat Beasiswa Penuh Hingga Master di University of Oxford
- Yuk Ikuti Jejak Kezia dari PENABUR, Beasiswa S1 Full di Oxford dan Cambridge ini Tutup 21 Oktober 2019
- Lagi, Siswa PENABUR Dapat Beasiswa ke Luar Negeri, Kali ini ke NTU Singapura
- Lelucon Obama Hibur Lulusan SMA Tahun 2020 Agar Tak Kecewa Diwisuda Secara Daring
- KIP Kuliah Masih Terbuka untuk Mahasiswa Baru Sampai Semester 3, Begini Cara Dapatnya
Bagi pemerintah AS sendiri, program Fulbright bertujuan meningkatkan saling pengertian antara masyarakat AS dan masyarakat di negara penerima terhadap masalah-masalah internasional bersama. Selain itu diharapkan juga agar semakin banyak warga negara AS yang menguasai bahasa asing, yang penting bagi diplomasi internasional.
Sepanjang bulan Mei, sejumlah universitas di AS mengumumkan mahasiswanya yang terpilih memperoleh beasiswa Fulbright untuk mengajar Bahasa Inggris. Dari nama-nama itu, cukup banyak yang memilih negara Indonesia.
Siapa saja mereka dan mengapa mereka jatuh cinta kepada Indonesia? Berikut ini beberapa profil mereka.
Lucy Faust, Bates College
Lucy Fauts adalah lulusan tahun 2019 jurusan Ilmu Ekonomi. Sebelumnya ia telah menjadi asisten guru di sekolah negeri di Lewiston. Di kampusnya ia aktif di olah raga renang dan pernah menjadi kapten tim kampus.
Ia mahasiswa berprestasi akademik terbaik dan masuk dalam Dean’s List.
Pada tahun 2017 ia bekerja selama tiga bulan di Australia. Ia juga telah bepergian ke India, Cile, Ekuador, Meksiko dan Italia.
Berdasarkan pengalamannya mengajar di Lewiston dan mengamati salah seorang siswanya yang berasal dari Somalia, ia menyimpulkan kesulitan belajar Bahasa Inggris bukan karena kesenjangan intelektual, melainkan karena kesenjangan budaya. Mengatasi kesenjangan semacam itu yang akan ia lakukan di dalam kelas di Indonesia.
Rachel Lux, University of Nebraska
Lux menyelesaikan studinya di bidang Ilmu Nutrisi dari College of Education and Human Science University of Nebraska. Ia berharap dapat melanjutkan studi di Ohio State University College of Optometry.
Seyogyanya ia akan mengajar di salah satu sekolah di Indonesia. Namun, program itu telah dibatalkan.
Cita-citanya adalah menjadi ahli optometri dan menjadi akademisi. Ia pernah pergi ke Zambia dan di sana ia terpesona pada cara kerja optometrist dan ophtalmologist di rumah sakit setempat.
Joseph Janik Miller, St. Olaf College
Joseph Janik Miller memilih Indonesia sebagai negara tujuannya dalam program studi ini karena pluralitas masyarakatnya dan orang-orangnya. Ia mempelajari Bahasa Indonesia dan Antropologi Asia Tenggara di masa kuliah.
Lulus dari St Olaf College pada 2019, ia sempat mengajar bahasa Inggris di North Minneapolis pada musim panas lalu.
Di Indonesia, ia berharap dapat menciptakan ruang peradaban bagi anggota masyarakat untuk berbagi kisah-kisah yang dapat meningkatkan pencapaian tujuan Fulbright, yaitu meningkatan pemahaman internasional bersama di antara bangsa yang berbeda.
Sepulang dari Indonesia, ia berharap dapat bekerja di pemerintahan. Ada pun gelar kesarjanaan Miller adalah di bidang Ilmu Ekonomi dan Politik,
Joy Cariño, Missisippi State University (MSU).
Mahasiswa yang baru saja menamatkan studi Sastra Inggris dari Judy dan Bobby Shackouls Honours College, MSU, Cariño telah diterima untuk melayani sebagai asisten pengajar bahasa Inggris untuk guru sekolah menengah di Indonesia. Sayangnya, karena pandemi COVID-19, program Indonesia telah dibatalkan, tetapi Cariño akan tetap mendapat kehormatan menerima beasiswa Fulbright.
Musim panas lalu, Cariño melakukan perjalanan ke Indonesia sebagai bagian dari Program The Critical Language Scholarship (CLS) yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri AS.
Cariño mengatakan selama proses aplikasi untuk kedua program internasional itu, ia menerima dukungan kuat dari Shackouls Honors College.
“Perguruan tinggi ini membantu saya mengartikulasikan mengapa saya tertarik pada program-program ini dan bagaimana tujuan dan minat saya sepadan dengan investasi pemerintah AS,” kata Cariño.
“Honor College sangat mendukung siswa mengejar beasiswa ini, tetapi satu keuntungan dari hal itu adalah mereka membantu siswa belajar lebih banyak tentang diri mereka dan tujuan pribadi mereka sendiri. Itu adalah salah satu hal paling berharga dari proses ini. “
Di MSU Cariño aktif di berbagai kegiatan. Ia bekerja sebagai peneliti di Linguistics Lab universitas dan menjabat sebagai co-editor-in-chief jurnal seni kreatif mahasiswa MSU, The Streetcar. Dia juga pendiri Poetry Club universitas dan Asosiasi Mahasiswa Filipina .
Sarah Dugan, University of Virginia
Sarah Dugan lulus dari Jurusan Biologi universitas ini pada tahun 2016. Pengalamannya mengajar ia peroleh ketika turut bergabung dalam Peace Corps,
“Saya bekerja dengan kaum muda yang menginspirasi saya dengan ide dan dedikasi mereka membangun masa depan yang menjanjikan bagi masyarakat dan komunitas mereka,” kata dia tentang pengalamannya itu.
“Kami menggalang kerjasama dimana kami pendidik dan pelajar bersama-sama belajar dari sesama. Saya berahrap menciptakan suasana yang sama dengan pelajar di Indonesia,” kata dia.
Dugan menoreh banyak prestasi ketika menjadi mahasiswa. Ia adalah penerima penghargaan Echols Scholar, Aktivitasnya di berbagai kegiatan membuat dia menerima banyak penghargaan, di antaranya, Jefferson Public Citizen Award dan Minerva Awards. Ia juga memperoleh Internediate Honors atas aktivitasnya sebagai volunteer di Madison House.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat, dan teman-temanmu.
Leave a Reply