JAKARTA, KalderaNews.com — Dalam sebuah pengumuman di Gedung Putih, Washington, Kepala US National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID), Dr. Anthony Fauzi, mengatakan sebuah obat eksperimental telah terbukti efektif dalam perawatan pasien Covid-19.
Obat tersebut adalah Remdesivir, yang beberapa waktu lalu sudah diklaim oleh China sebagai obat yang efektif, namun ditolak oleh karena bukti yang tidak cukup.
“Remdesivir dengan jelas memiliki dampak positif yang signifikan dalam mempersingkat waktu pemulihan,” kata Fauci kepada para wartawan di Ruang Oval Gedung Putih. “Obat tersebut dapat membendung virus ini,” lanjut dia.
Fauci mengatakan eksperimen internasional secara acak telah dilangsungkan di institut yang dipimpinnya mulai 21 Februari lalu terhadap ratusan pasien.
BACA JUGA:
- Universitas Nurul Jadid, Kampus Pesantren Pertama Berstandar ISO 21001
- Demi Ringankan Beban Ekonomi Mahasiswa Saat Pandemi Corona, Universitas di Bandung Ini Gratiskan Biaya Kuliah
- Ranking Universitas di Rusia Jeblok, Bukan Berarti Tidak Berkualitas
- EDUTALK: Pandemi Corona, Pelajar Indonesia di Belanda Pulang. Gimana Nasib Kuliahnya?
- Kenapa Kamu Melanjutkan Studi ke Inggris, Inilah Alasannya!
- Indy Hardono: Beasiswa ke Belanda Sangat Terbuka untuk Disabilitas
- Peter van Tuijl: Pelajar Indonesia di Belanda Feels Like Home
Waktu pemulihan bagi pasien yang diberikan obat tersebut adalah 11 hari sedangkan yang diberikan placebo adalah 15 hari, menurut keterangan NIAID.
“Kapan pun Anda menemukan bukti yang jelas tentang berfungsinya sebuah obat, Anda memiliki kewajiban etis untuk segera memberitahu mereka yang berada di kelompok yang diberikan placebo, sehingga mereka memiliki akses, dan seluruh percobaan yang sudah berjalan kini memiliki standar perawatan yang baru,” kata Fauci, dikutip dari Voice of America.
Menteri Kesehatan dan Sumber Daya Manusia AS, Alex Azar, mengatakan berita yang diumumkan oleh NIAID itu merupakan cahaya harapan bagi semua orang di seluruh dunia yang saat ini sedang berjuang melawan pandemi Covid-19.
Remdesivir yang di AS diproduksi oleh Gilead Science, dalam tes terhadap hewan untuk melawan penyakit SARS dan MERS yang disebabkan oleh virus yang mirip dengan coronavirus, telah terbukti membantu pencegahan infeksi dan meringankan simptom penyakit tersebut. Tetapi sejauh ini obat tersebut belum diizinkan di mana pun di berbagai negara di dunia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS diharapkan akan memberikan izin penggunaan darurat terhadap obat ini untuk digunakan dalam upaya pemulihan pasien Covid-19.
Studi lain terhadap Remdesivir belum mencapai kesimpulan positif, hal yang juga ditanyakan oleh para wartawan kepada Fauci di Gedung Putih.
“Studi tersebut tidak memadai,” kata Fauci, tentang studi yang dipublikasikan di The Lancet yang mengatakan bahwa Remdesivir tidak efektif dalam menangani pasien Covid-19. “Studi tersebut tidak cukup,” kata dia.
The Lancet pada Rabu (29/4) telah menerbitkan makalah resmi yang menggambarkan eksperimen terdapat 237 pasien di Wuhan, China, tidak menemukan dampak positif dari pemberian obat tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol orang dewasa kecuali untuk pasien yang membutuhkan ventilator.
Uji coba di China itu dihentikan lebih awal karena tidak dapat merekrut cukup orang yang memenuhi tujuan awal mereka. Selain itu, para ahli juga mempertimbangkan terlalu kecil untuk menarik kesimpulan yang dapat diandalkan.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply