JAKARTA, KalderaNews.com – Haru bercampur bahagia. Itulah yang dirasakan Rewindinar yang akrab disapa Rhere, praktisi humas dan akademisi dari BPK PENABUR Jakarta baru-baru ini.
Kebahagiaannya tak terbendung setelah berkutat dengan studi untuk meraih gelar doktor ilmu komunikasi di Universitas Sahid, teristimewa perjuangannya berkutat dengan disertasi yang harus diselesaikannya.
Tema yang tidak mudah disodorkan oleh Dr. Pinckey Triputra, M.Sc. selaku promotornya hingga terumus dalam judul final disertasinya yakni “Konvergensi Simbolik dalam Proses Morfogenesis: Kajian Morfogenesis Mamah Muda dalam Realitas Network Society di Indonesia“.
BACA JUGA:
- Amazing, a Son of Furniture Maker Creates National and International Achievements
- Jadi Rektor UI 2019-2024 Inilah Profil Lengkap Prof. Ari Kuncoro
- Ini Lho Fakta Atiatul Muqtadir, Ketua BEM UGM yang Lagi Viral, Anak Pesantren Ingin Jadi Menteri
“Saya salut dengan promotor saya. Di awal penulisan saya sempat bingung mamah muda itu mau diapain. Dua minggu saya bingung dan menangis Pak karena saya takut tidak bisa menyelesaikan tulisan ini,” akunya usai menjalani Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Sahid dalam Promosi Doktor Ilmu Komunikasi di Ruang Serbaguna Sekolah Pascasarjana Usahid Jakarta, Sahid Sudirman Residence, Jakarta Pusat, Sabtu, 5 Oktober 2019 lalu.
Temanya memang tergolong seksi, yakni di seputaran mamah muda (mahmud), tapi tidak mudah untuk dielaborasi hingga melahirkan pertanyaan soal keurgensian kajian.
Toh, berkat orang-orang terdekat, termasuk Ko-promotor Dr. Mikael Dua, M.A, perjalanan meraih doktor komunikasi dalam pengalaman existensialnya adalah perjalanan penuh makna pengorbanan yang membuahkan hasil.
Ia mengaku banyak hal telah dikorbankan untuk menyelesaikan disertasinya. Sebagai ibu rumah tangga dengan 3 anak sekaligus praktis humas dan akademisi, tentu waktu yang dimiliki cukup padat.
“Saat ingin nulis saya kadang meminta ibu saya untuk mengajak anak-anak bermain di luar rumah,” akunya yang membuat air mata itu tak kuasa terbendung lagi dan suaranya menjadi parau.
Tak ayal, momen-momen kebersamaan dalam keluarga kerap dikorbankan. Di sini lah ia mengaku sedih. Namun tak ada pengorbanan yang tidak ada artinya. Satu hal yang bisa disaksikan dan diteladani oleh putra-putri tercintanya adalah perjuangan meraih pendidikan itu sendiri.
Dus, hasil tidak mengkhianati proses. Ia lulus dengan predikat Cum Laude. Selamat Dr. Rewindinar! (JS).
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply