Gerilya Panggung Kids Zaman Now JYPA untuk Kesehatan Mental Masyarakat

Komunitas Jakarta Youth for Performing Arts (JYPA)
Komunitas Jakarta Youth for Performing Arts (JYPA) (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Komunitas Jakarta Youth for Performing Arts (JYPA) bergerilya dari panggung ke panggung untuk menyebarluaskan informasi mengenai kesehatan mental melalui pentas.

Setelah sukses mementaskan drama musikal “Still Life, The Story of Van Gogh”, mereka kembali tampil di panggung seni Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta lewat drama pemenang Pulitzer 2010, Next to Normal.

“Kisah yang kami sampaikan sangat penting dalam generasi sekarang. Stigma terhadap kesehatan mental, dan penolakan untuk secara terbuka berbicara tentang perjuangan seperti itu sangat menonjol, terutama di Indonesia,” kata Kyla Christie, 18 tahun, pendiri JYPA, yang kali ini menyutradarai ”Next to Normal” bersama Aisya Nabila.

BACA JUGA:

“Saya sangat percaya dalam menggunakan seni untuk menyebarkan pesan secara yang indah. Menceritakan kisah ini melalui lensa saya adalah cara saya melakukannya,” kata Kyla yang pernah meraup tujuh penghargaan di World Championships for PerformingnArts di Long Beach California, salah satunya Gold Medal untuk kategori Solo Vocal Broadway.

Dia menyatakan bahwa advokasi kesehatan mental telah menjadi bagian besar dalam hidupnya. “Saya hanya bisa merasa bangga bahwa melalui hasrat saya, teater, saya dapat berkontribusi untuk memecahkan stigma,” kata Kyla yang juga founder “Sing To Build The World” yg dirintisnya sejak berusia 10 tahun.

“Next to Normal” bercerita tentang seorang ibu yang tinggal di wilayah perkotaan bernama Diana Goodman, penyandang bipolar disorder. Selagi penyakitnya memburuk, Diana bergumul mengatasi suami yang depresi, putranya yang sempurna dan putrinya yang hanya ingin diperhatikan.

Pertunjukan tersebut menceritakan tentang keluarga Goodman dan tragedi masa lalu mereka yang masih menghantui mereka. Diperkaya dengan musik oleh Tom Kitt dan lirik oleh Brian Yorkey, “Next to Normal” memperlihatkan kesehatan mental yang sesungguhnya, senang dan sedih, dan semua diantaranya.

Drama musikal tersebut akan menampilkan kemanusiaan dari orang-orang yang terlihat berbeda karena kesehatan mental mereka dengan cara yang sangat menyentuh perasaan penonton.

“Cerita dan musik di pertunjukan ini sangat dekat dengan hati saya, dan saya harap cerita ini akan menyentuh penonton seperti halnya saya. Ada sedikit orang di Keluarga Goodman,” kata Kyla.

Secara khusus Kyla memberikan apresiasi kepada Babson College, universitas kewirausahaan nomor satu di dunia selama 25 tahun berturut-turut memberikan kebebasan berkreasi dalam menggabungkan kewirausahaan seiring dengan upaya seninya.

“Impian saya untuk mewujudkan industri seni yang berkesinambungan di Indonesia melalui tangan Youth for Performing Arts (JYPA) berkat dukungan Weissman Program,” kata Kyla.

“Babson dan Weissman Program memainkan peran penting dalam membuat impian saya menjadi nyata dan sekaligus mempelopori perubahan dan membawa dampak kepada masyarakat,” kata Kyla yang juga adalah seorang Weissman Scholar yang mengambil jurusan creativepreneurship di Babson.

Lewat pementasan “Next to Normal” JYPA berharap dapat menyebarluaskan pengetahuan, memutuskan stigma tentang kesehatan mental.

Shana Kharima Miaziza, remaja berusia 18 tahun, yang menjadi produser “Next to Normal” menyatakan drama tersebut memberikan nuansa lebih baginya.

“Bagi saya, Next to Normal tidak hanya sebuah musikal yang menyebarkan kesadaran kesehatan mental, tetapi juga musikal yang memberikan kesempatan bagi keluarga untuk lebih terbuka satu sama lain,” kata Shana. “Next to Normal” adalah produksi ke-tiganya.

Sebelum menjadi bagian dari JYPA, Shana telah menulis dan menyutradarai musikal pertama sekolahnya, “Avow, Therefore I Am”. Selain itu, ia juga terlibat dalam produksi sekolah sebelumnya, “Calon Arang” sebagai perancang kostum. Picnic at Hanging Rock adalah produksi JYPA pertamanya. Shana juga pernah menjadi sutradara. “Black Comedy” adalah pengalaman pertamanya dalam menyutradarai sebuah drama.

Diketahui, Jakarta Youth for Performing Arts (JYPA) JYPA adalah sebuah komunitas yang didirikan pada 2017 dengan tujuan mengembangkan seni teater di kalangan generasi muda.

JYPA sudah menyelenggarakan empat produksi yang sukses. Empat produksi JYPA sebelumnya yaitu Mismatched (2017), Picnic at Hanging Rock (2018), Black Comedy (2018) dan Still Life (2019). (JS)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*