BERLIN, KalderaNews.com – Ritual Hari Raya Galungan tak hanya dirayakan di Bali. Di Jerman, masyarakat Bali yang tinggal di Berlin juga ikut melakukan ritual persembahyangan, lengkap dengan baju adat dan kain kamen.
Berbeda dari yang lain, upacara Galungan di Berlin ini, diselenggarakan di Pura Tri Hita Karana yang terletak di dalam salah satu taman terbesar di Ibu Kota Jerman, Gärten der Welt. Lokasinya tepat di sebelah kiri dari pintu masuk utara Taman ini. Layaknya taman yang terbuka untuk umum, saat ritual dilaksanakan banyak para pengunjung taman yang juga ikut menyaksikan.
Saat berada di pura ini, suasananya tidak lagi seperti di Jerman, melainkan persis seperti di Bali. Pasalnya Pura yang berada di dalam Balinesischer Gärten (Taman Bali) ini didisain dengan atmosfir yang sama dengan di Bali. Mulai dari suhunya, kelembaban udaranya sampai pada bangunan dan tanaman-tanaman yang ada di sekitarnya.
BACA JUGA:
- Denyut Remarkable Indonesia Fair (RIF) 2019 di Amerika
- Tari Kontemporer di ASEAN Harus Tetap Berpijak pada Kekuatan Budaya
- Seni Membatik di Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2019
- Makanan Indonesia Curi Perhatian di Gastronomi dan Bazar Amal di Ekuador
- Apa Sih Sebenarnya Arti Lorem Ipsum Itu? Ternyata Asli Bikin Meleleh Lho
- Saat Tari Topeng Indonesia-Ekuador Dikolaborasikan, Seperti Inilah Hasilnya
Taman Bali ini dibangun di dalam rumah kaca sehingga suhu dan kelembaban udara dirancang serupa dengan iklim tropis. Oleh sebab itu rumah kaca Taman Bali ini juga disebut sebagai Hall Tropis.
“Di tiang-tiang bangunan rumah kaca ini ada semacam pipa untuk sirkulasi air panas dan dingin yang kemudian menghasilkan uap air. Dengan begitu suhu dan kelembaban udaranya bisa terjaga sepanjang tahun, meskipun di musim-musim yang berbeda,“ jelas Beate Reuber, Konsultan Senior sekaligus Ambassador Gärten der Welt saat menerima Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno pada 24 Juli 2019.
Bali merupakan satu dari sekitar 15 tema taman yang ada di Taman Dunia ini. Di bagian depan Taman Bali juga dilengkapi sebuah kafe dengan ornamen khas Bali.
Meskipun jumlah masyarakat Bali di Berlin relatif sedikit, tapi kegiatan-kegiatan yang dilakukan cukup banyak dan beragam. Mereka tergabung dalam Kelompok Nyama Braya Bali. Di Pura Tri Hita Karana ini mereka melakukan ibadah rutin dan perayaaan hari besar keagamaan umat Hindu.
“Kami bersyukur punya tempat ibadah yang tetap di Berlin ini. Tempatnya pun bagus karena memang jadi objek wisata yang cukup banyak dikunjungi. Jadi tempatnya terawat dan bersih karena dikelola oleh pihak Taman. Untuk kami anggota Kelompok Bali, dari pihak Gärten der Welt sudah diberikan akses gratis. Karena memang standarnya masuk taman ini harus bayar. Komunikasi kami dengan pihak pengelola, khususnya dengan Ibu Reuber juga baik selama ini,“ kata Ngurah Darma Kesuma, Ketua Nyama Braya.
Saat menyambut kedatangan Dubes Oegroseno di acara perayaan galungan ini, Reuber juga menyampaikan banyak informasi tentang Taman Bali serta kegiatan-kegiatannya. Reuber menceritakan, taman ini dibawah supervisi Pemerintah Kota Berlin. Dalam perkembangannya pembangunan Pura ini juga pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah DKI Jakarta dalam kerangka Sister City dengan Pemkot Berlin.
“Terima kasih sekali buat Gärten der Welt atas fasilitasi dan kerja samanya. Kedepan kita perlu rancang event yang bisa kita selenggarakan di tempat ini,. Selain suasananya enak, kita juga sekaligus bisa promosi Indonesia ke publik Jerman,” kata Dubes Oegroseno.
Usai upacara persembahyangan Galungan selesai, Dubes Oegroseno sempat berbincang-bincang dan berfoto bersama dengan masyarakat Bali yang hadir. Walaupun jumlahnya sedikit, yakni sekitar 15 orang, namun suasana akrab dan bersahabat sangat bisa dirasakan.
“Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan ya, Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kesejahteraan dan keselamatan untuk kita semua,“ tutup Dubes Oegroseno. (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply