DÜSSELDORF, KalderaNews.com – Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno menegaskan di tengah kondisi ekonomi global yang kurang sehat sebagai dampak perang dagang AS-China yang terus berlarut, ekonomi Indonesia masih stabil serta peluang bisnis yang makin kompetitif.
Hal ini ditegaskannya pada sesi “Ambassador Talk” di acara Asia Business Insight 2019 yang diselenggarakan HSBC dan Handelsblatt di Hotel Hyatt Regency Düsseldorf, Jerman, Selasa, 26 Februari 2019.
Forum bisnis tahunan ini membahas perkembangan hubungan ekonomi Asia- Jerman. Meskipun begitu, acara ini tidak hanya diminati oleh pengusaha besar dari Jerman, tetapi juga dari negara lainnya seperti Inggris, Cina, India, Amerika dan Australia.
BACA JUGA:
Sultan Brunei Panen Perdana Padi Asal Indonesia
Dubes Ngurah Swajaya Tawarkan Belitung pada Investor Aquaculture Singapura
Kampung Korea Jadi Solusi Tepat Persiapkan Purna TKI di Korea?
Pertanian Konservasi Efektif Hadapi Perubahan Iklim Ekstrem
Forum bisnis ini memiliki magnet tersendiri karena membahas isu-isu yang bersifat praktis seperti ekonomi digital, mobile payment software, serta kebijakan-kebijakan di balik kondisi politik ekonomi terkini.
“Pertumbuhan ekonomi kita berada di angka 5.17%. Utang luar negeri masih sehat, yaitu sekitar 26% dari PDB. Tingkat pengangguran bisa diturunkan sampai 5.13%. Begitu pula angka kemiskinan terus menurun hingga 9,6% di tahun 2018,” paparnya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga muncul sebagai kekuatan baru. Pada akhir 2018 nilainya mencapai sekitar USD27 milyar. Nilai ini meningkat sekitar 49% bila dibandingkan tahun 2015.
“4 unicorn kita masuk dalam 10 besar unicorn Asia, dengan total valuasi mencapai sekitar USD20 milyar. Bahkan GoJek Indonesia menduduki peringkat pertama Unicorn terbesar di Asia Tenggara dan peringkat ke-20 dunia,” jelas Dubes Oegroseno.
Banyak lagi capaian ekonomi Indonesia yang patut dicatat. Seperti Fintek Indonesia yang terus bertambah. Saat ini jumlahnya tercatat sekitar 160, yang di tahun 2016 jumlahnya baru sekitar 50. Di samping itu, Indonesia juga menjadi negara pertama di dunia yang memperkenalkan Green Sukuk (obligasi berbasis syariah) dengan menggunakan mata uang US Dollar. (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply