BATU, MALANG, KalderaNews.com – Konon orang Belanda di Indonesia yang sedang kangen keindahan Swiss yang ada di benua Eropa biasa mengobati rasa rindunya dengan menyepi ke Kota Batu di Malang, Jawa Timur. Tak mengherankan, kini Kota Batu begitu tersohor dengan julukan Swiss Kecil di Pulau Jawa atau dalam bahasa Belandanya De Kleine Switzerland (Swiss Kecil) di Pulau Jawa.
Tergerak untuk menikmati pesona Kota Batu yang kesejukan dan keelokannya termasyur hingga ke mancanegara ini, kami pun meluncur menuju Kota Batu di Jawa Timur. Mirip perjalanan pada tahun-tahun lalu dari Siegburg/Bonn (Jerman) ke Zurich (Swiss), kami menempuh jalur darat Jakarta-Malang dengan kereta bernama Matarmaja.
Perjalanan darat antar provinsi ini cukup lama (18 jam-an), dibandingkan jarak antar negara Bonn (Jerman)-Zurich (Swiss) yang hanya 5 jam 43 menit dengan DB (Deutche Bahn) yang kini seharga sekitar 39 Euro.
BACA JUGA:
- Asal Muasal Ngarai Sianok di Pegunungan Tanah Sumatra
- Eloknya, Wisata Pantai di Pulau Sipora, Mentawai
- Kuliner Ekstrem Ini Wajib Kamu Icipi Saat Berkunjung ke Mentawai
- Pantai Bama, Surga di Ujung Timur Teriknya Savanna
- Yuk Jelajahi 10 Masjid Tertua di Indonesia, Wajib Dikunjungi Usai Pandemi Covid-19
Tiba pagi hari di Kota Malang, kami langsung menuju ke Kota Batu. Kota Malang begitu panas, namun begitu taksi yang membawa kami mencapai jalan menanjak mendekati Kota Batu, hawa sejuk menerpa wajah dari celah kaca pintu mobil yang dibiarkan terbuka.
Begitu sampai di hotel, kami pun menikmati udara sejuk Kota Batu yang dikelilingi bukit-bukit hijau dan di kejauhan tampak berdiri kokoh Bukit Panderman. Udara segarnya begitu terasa fresh di lubang hidung begitu terhirup dan mendatangkan kelegaaan yang luar biasa. Batu sendiri berada pada ketinggian 680 meter sampai 1200 meter dpl dan memiliki suhu berkisar 15 hingga 19 derajat celcius.
Pohon-pohon yang masih dibiarkan tumbuh di kota Batu jelas menjadi salah pencipta kesejukan ini. Lihat saja, sejauh mata memandang, pohon-pohon hijau tumbuh dan memanjakan mata.
Karena dimanja oleh hawa sejuk dan keelokan alam yang memesona, banyak wisatawan yang justru suka bermalas-malasan di lingkungan hotel atau penginapan. Kenyataan ini tentu saja tak beda jauh dengan fakta bahwa di masa lalu tempat ini menjadi tempat peristirahatan para raja.
Batu benar-benar menawarkan udara yang sungguh sejuk dan panorama alam yang menawan. Ini tak lepas dari fakta geografis dimana Batu dikelilingi enam buah gunung. Tak hanya itu saja, di Batu ini ternyata masih terdapat banyak sumber mata air alami yang mengalir dari pegunungan. Situasi alam yang seperti ini tak beda jauh dengan Swiss di benua biru yang sejuk dan asri.
Kalau di masa lalu tempat ini menjadi tempat persinggahan keluarga raja, pada awal abad ke-19, Batu bertransformasi menjadi salah satu tujuan wisata orang-orang Belanda. Sejak abad inilah daerah ini lantas tersohor dengan sebutan “De Klein Switzerland” atau Swiss Kecil di Pulau Jawa.
Sementara itu, asal-usul kata Batu sendiri sejatinya terkait dengan seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin, yang selanjutnya oleh masyarakat setempat akrab disebut dengan panggilan Mbah Wastu.
Nah, untuk mempersingkat penyebutan nama ulama ini, masyarakat sekitar kerap memanggilnya Mbah Tu yang kemudian menjadi sebutan Mbatu dan selanjutnya agar tak terkesan ndeso menjadi Batu.
Tak mau terjebak bermalas-malasan di dalam hotel, kami pun menentukan sejumlah destinasi yang akan dikunjungi. Maklum, Batu juga termasyur dengan julukan kota sejuta pesona. Batu menawarkan bermacam-macam objek wisata alam, sejarah, agrowisata, kuliner dan lain-lainnya.
Singgah di Kota Batu terasa hampa manakala tak merasakan apel Batu. Oleh sebab itu, kami pun memburu apel Batu tidak di lokasi wisata tersohor, tetapi justru di kebun petani lokal. Dengan di antar anggota koperasi kelompok tani, kami pun puas memetik buah dan memakan buah apel di kebun mereka setelah membayar dengan harga yang pasti lebih miring dibandingkan dengan di lokasi wisata petik apel resmi agrowisata. Dijamin, buahnya lebih banyak dan tak kalah segar.
Setelah puas menikmati apel, kami pun meluncur ke lokasi wisata Songgoriti yang terletak di lembah Gunung Banyak. Di Songgoriti ini ada kolam pemandian air panas, pasar wisata, taman bunga hingga kios-kios yang menjual aneka souvenir khas Batu.
Puas menikmati taman bunga di Songgoriti, kami meluncur menuju ke Museum Angkut dan Movie Star Studio. Museum yang tergolong baru karena didirikan pada 9 Maret 2014 lalu ini memamerkan berbagai jenis alat angkut dari seluruh penjuru dunia.
Di museum ini kami dimanjakan dengan berbagai jenis kendaraan tradisional dan modern dengan penataan latar belakang tempat di mana kendaraan tersebut berasal. Uniknya, museum ini memiliki beberapa area untuk foto selfie dengan latar belakang tempat-tempat tersohor di berbagai belahan dunia seperti Zona Gangster Town dan Broadway Street, Cona Hollywod, Zona Las Vegas, Zona Istana Buckingham dan lain sebagainya.
Hiburan di siang hari kami lengkapi dengan hiburan malam di Batu Night Spectacular (BNS). Tempat hiburan ini tergolong romantis karena menyuguhkan taman lampion yang elok dengan beranekaragam bentuk dan warna. Kegembiraan pun terlengkapi dengan tawaran bermacam-macam wahana permainan. Malam di Kota Batu yang mulai dingin pun kami akhiri di Alun-alun Kota Batu.
Alun-alun Kota Batu menawarkan beragam nikmat kulinernya dan keindahan lampu-lampu kota di kejauhan manakali kami naik ke bianglala yang ada di alun-alun ini.
Kota Batu ini benar-benar menawarkan sejuta pesona oleh beragam destinasi lainnya seperti Jatim Park, Batu Secret Zoo, Museum Satwa, Omah Kayu, Coban Rais, Coban Talun, Selecta, Kusuma Agrowisata Batu, Eco Green Park dan masih banyak lagi destinasi-destinasi menarik lainnya di sekitar Kota Batu. Pilihan destinasi ada di tangan Anda sendiri. (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply