JAKARTA, KalderaNews.com – Albert Einstein. Siapa sih nggak kenal sosok jenius kelahiran Ulm, Kerajaan Württemberg, Kekaisaran Jerman, 14 Maret 1879 silam ini? Yup, fisikawan yang tutup usia di Princeton, New Jersey, Amerika Serikat, 18 April 1955 ini adalah seorang ilmuwan fisika teoretis terbesar abad ke-20.
Ia penemu teori relativitas dan pengembang mekanika kuantum, mekanika statistika dan kosmologi. Peraih Nobel dalam Fisika (1921) ini terkenal dengan rumus E=mc². E=mc² dalam ilmu fisika adalah sebuah rumus yang sering dikenal dan sangat penting dalam menjelaskan persamaan nilai antara energi (E) dan massa (m), yang disetarakan secara langsung melalui konstanta kuadrat laju cahaya dalam vakum (c2).
Albert Einstein menurunkan rumus ini didasarkan atas pengamatannya pada tahun 1905 atas kelakuan objek yang bergerak dengan laju mendekati laju cahaya. Kesimpulan terkenal yang ditariknya dari pengamatan ini adalah bahwa massa sebuah benda sebenarnya adalah sebuah ukuran dari kandungan energi benda tersebut. Sebaliknya, persamaan yang dimaksud mengisyaratkan bahwa semua energi yang ada dalam sistem tertutup memengaruhi massa diam dari sistem.
BACA JUGA:
- Sekolah di Jakarta dengan Segudang Prestasi di Olimpiade Sains Nasional 2018
- Delfi Vijja Paramita: Sosok Pluralis Best 1 Penelitian Ekonomi Terbaik OSN 2018
- Stevenson Christopher Hudiono: “Koki Fisika” dari SDK 2 PENABUR Jakarta
Kejeniusan Einstein ini tak dipungkiri banyak diidolakan banyak generasi, tak terkecuali Peraih Medali Emas di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2018 dari SMPK 6 PENABUR Jakarta, Edward Humianto (13).
“Saya sih kayaknya mau jadi kayak ahli fisika gitu. Idola saya Einstein mungkin karena ia hebat aja gitu. Dia bereksperimen dan bisa kayak buktiin teori-teorinya yang dia bikin,” akunya polos saat berbicang dengan KalderaNews via jaringan telepon.
Siswa yang dalam kesehariannya kerap disapa Edward ini memang demen dengan yang namanya Fisika. Tak mengherankan, ia gemilang di bidang ini. Ia sendiri awalnya mengaku tak sadar kalau memiliki bakat di bidang Fisika.
“Soalnya pas baru pertama kali masuk SMP dan masuk Club Fisika rasanya kayak susah banget gitu. Sewaktu SD juga nggak pernah ikut OSN karena enggak ditunjuk sama sekolah. Masuk Science Club juga kebetulan. Pas awal-awal masuk kelas VII ikut tes penyegaran. Saat itu guru Fisika saya milih beberapa anak yang nilainya cukup tinggi buat dimasukin ke Club Fisika. Aku ikut terpilih dan setelah itu diseleksi lagi dan ikut pelatihan dari Penabur Pusat ke SMPK 2 PENABUR,” akunya.
Memang, semuanya serba mengalir begitu saja. Bahkan tak jarang, bakat yang dimiliki seseorang baru bisa diketahui saat-saat sudah dewasa. So, beruntunglah, sosok-sosok seperti Edward ini yang sudah menyadari bakat yang dimilikinya sejak usia dini berkat kejelian guru-guru di sekolahnya.
Pada KalderaNews, ia pun lantas berbagi pengalaman saat mengikuti OSN 2018 untuk bidang IPA mewakili DKI Jakarta di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2018 di Padang, Sumatera Barat, 1-7 Juli 2018.
“Tahun lalu guru aku yakni guru Fisikaku ngelatih aku. Trus dibolehin juga setiap Jumat sepulang sekolah dateng ke tempat dia buat nanya-nanya soal atau apa. Trus dari persiapan aku sendiri, kalau di pelajaran sekolah sebelum ulangan sekolah biasanya akau nyari bahan yang lebih luas. Trus guru Fisika aku juga minjemin buku. Jadi, aku banyak latihan soal dari situ.”
“Sebelum pergi ke nasionalnya (OSN), ada pelatihan dari DKI di SMKN 27. Di sana kami 10 anak dikarantina. Selama dikarantina kami belajar terus setiap hari,” tambah anak yang demen futsal dan mobile legends ini.
Selain itu, sebenarnya dari sekolah dan dari Penabur Pusat juga ngadain pelatihan seminggu sekali pas Sabtu kira-kira 5 jam-an di SMPK 2 PENABUR. Sebagai delegasi DKI Jakarta untuk bidang IPA yang mencakup Fisika dan Biologi di OSN 2018, ia mengakui kalau sebenarnya ia memang lebih suka Fisika ketimbang Biologi.
“Saya lebih suka Fisika daripada Biologi karena ya lebih seru. Soalnya kalau Fisika itu lebih ke konsep bukan hafalan-hafalan kayak Biologi,” akunya polos.
Ia pun lantas berbagi pengalaman dan tips bagaimana dirinya selama ini belajar ilmu Fisika. “Sejauh ini sih cara belajar Fisikanya saya baca rumusnya, trus belajar cara pakainya dan latihan soal yang banyak. Ya kalau soal jam belajar selain di sekolah, gak ngitungin sih. Palingan 2-3 jam doang.”
Baginya, ikut ajang OSN 2018 itu adalah saat-saat yang menyenangkan. “Aku senang karena ada acara jalan-jalannya ke Pantai Air Manis, terus ke tempat tentara gitu. Aku lupa namanya apa. Selain itu, juga seneng bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah. Seneng bisa ngeliat budaya mereka gitu.”
Lebih menyenangkan lagi, tentunya saat diumumkan kalau ia ternyata berhasil menggondol medali emas. “Saya gak nyangka sih bisa dapat medali emas. Kaget dan seneng seneng banget, soalnya sebelum di tingkat nasional kan ada seleksi di tingkat provinsi. Waktu itu aku diprediksinya dapet perak.”
Rasa bangga itu ada. Tapi bangga yang berlebihan hingga menjadi sombong tentu tak berlaku bagi “Einstein Junior” dari SMPK 6 PENABUR Jakarta ini. Ia tetap rendah hati dan bergaul dengan teman-teman sebayanya seperti sedia kala. Ia tetap bermain sepakbola atau futsal seperti biasanya. Ia juga juga seperti sebelum-sebelumnya yakni ngegame mobile legends bareng temen-temannya.
“Begitu mendapat medali emas, teman-teman di sekolah memuji karena gak nyangka juga mereka. Tapi, aku gak boleh sombong karena bakat itu adalah anugrah dari Tuhan,” akunya.
Kepala Sekolah SMPK 6 PENABUR Jakarta, Triana Nilasari pun mengakui Edward adalah anak yang memiliki pribadi yang manis budi, sopan, penuh daya juang, punya ambisi tapi tidak sombong dan pantang menyerah.
“Dalam pergaulan Edward termasuk anak yang disukai teman-temannya, khususnya teman pria yang punya kesamaan hobi dengan Edward yaitu main sepakbola. Kami mengenal potensi Edward sejak kelas 7 SMP. Edward tergolong anak yang cerdas dalam segala bidang pelajaran. Oleh karena itu, kami menawarkan Edward untuk ikut dalam berbagai lomba. Lomba yang diikuti Edward diantaranya Brilliant Competition, Lomba MGMP-IPA. Namun ke depan Edward memilih menekuni lomba science yang lebih diminatinya,” tegasnya pada KalderaNews.
BACA JUGA:
- Arshanada Putranta: Meski Hobi Ngegame, Tapi Jago Matematika di Kancah Dunia
- Jika Ada Dua Hati Bertemu, di Situlah Pendidikan itu Berlangsung
- Adri Lazuardi: Revolusi Industri 4.0 Tidak Bisa Kita Hindari
Sebagai kepala sekolah, imbuhnya, ia merasa bangga dengan karakter Edward yang pantang menyerah, penuh daya juang dan bertanggungjawab. Ia pun percaya bahwa kesuksesan yang diraih Edward tidak lepas juga dari dukungan kedua orangtuanya.
“Kami pihak sekolah saling bersinergi dengan kedua orangtuanya dalam memotivasi dan mempersiapkan Edward secara materi dan mental dalam mengikuti OSN. Mulai dari pembinaan yang dilakukan BPK PENABUR di bulan Oktober 2017 berproses terus melewati serangkaian seleksi tingkat Kodya Jakarta Utara, pembinaan dari sekolah berlanjut bersamaan dengan pembinaan dari Dinas Pendidikan di SMPN 115. Lalu Edward lolos seleksi OSN tingkat provinsi maju ke OSN tingkat Nasional. Masuk dalam masa karantina di SMKN 27.”
“Sampai dengan pelaksanaan OSN-IPA di Padang Sumatera Barat tgl 1-7 Juli 2018, kami pihak sekolah dan orangtua terus bergandengan tangan mengawal Edward. Saya kagum dengan semangatnya,” pungkasnya. (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply